Puncta 24.03.20: Penantian yang Panjang

0
394 views
Ilustrasi -- social distancing - ist


Yohanes 5:1-16

KITA ini hidup di zaman yang sangat sibuk. Ketika kita diminta untuk diam di rumah melakukan gerakan social distancing dan sabar di rumah selama dua pekan saja sudah kebingungan. Diam di rumah sebentar saja sudah terasa lama dan membosankan.

Kita tidak sabar dengan pembatasan-pembatasan supaya tidak bertemu dengan banyak orang, tidak berkumpul di ruang terbuka supaya penyebaran virus corona bisa ditekan dan dikurangi. Kita harus sadar dan jangan menganggap hal ini sepele saja.

Kita diminta sabar untuk diam di rumah. Nanti akan tiba saatnya kita terbebas dan selamat. Nasehat orangtua berkata, “Aja padha ndableg.”

Dalam bacaan Injil hari ini, ada orang yang sudah menunggu selama 38 tahun di kolam Betesda atau Siloam. Dia duduk di pinggir kolam menunggu saat permukaan air itu bergelombang dan dia harus berebut duluan dengan yang lain.

Karena dia lumpuh pasti dia selalu kalah cepat dengan yang lain.

Kita bayangkan orang ini berjuang, berebutan, bersaing dengan yang lain selama 38 tahun. Dia selalu kalah dan tertinggal. Dia tetap duduk di situ tanpa ada orang yang membantu menurunkan saat air bergelombang.

Memang ada nada keputusasaan ketika Yesus bertanya kepada orang itu. “Maukah engkau sembuh?”

Orang yang sakit itu tidak langsung menjawab mau, tetapi ia justru menyalahkan situasi dan orang-orang di sekitarnya.

”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; dan sementara aku sendiri menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”

Dalam keputusasaan dan pasti selalu kalah, orang itu tetap berusaha beranjak dari tempatnya. Yesus datang menawarkan kesembuhan. Dia adalah sumber air hidup itu sendiri.

Benar pepatah mengatakan, ”Orang sabar dikasihi Tuhan.”

Orang ini menunggu 38 tahun lamanya dalam pengharapan. Dan tiba saatnya ketika Yesus datang menyembuhkan. Kendati peristiwa itu menjadi polemik karena terjadi pada hari Sabat, bagi Yesus lebih baik menolong orang daripada diam tak berbuat karena takut aturan.

Marilah kita sabar tinggal di rumah mengikuti anjuran pemerintah. Kalau kita sabar, maka saat penyelamatan itu akan segera tiba.

Sepi nian tempat wisata di Parangtritis
Di sana orang menikmati indahnya senja
Terimakasih kepada para dokter dan paramedis
Jadi garda depan melawan wabah corona

Cawas, sering-sering cuci tangan pakai sabun…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here