ORANG Saduki bertanya tentang kebangkitan badan. Kehidupan sesudah kematian. Mereka mengambil contoh tentang tujuh laki-laki yang menikahi seorang wanita. Bagaimana nasib mereka di kelak kemudian waktu hari kebangkitan.
Siapa yang akan menjadi suami dari wanita itu ? Yesus menjawab dengan membuka pikiran mereka bahwa, “Orang-orang dunia kawin dan dikawinkan, tetapi orang-orang yang dianggap layak mendapat bagian dalam dunia yang lain dan dalam kebangkitan orang mati tidak akan kawin dan dikawinkan.
Mengapa Karena mereka tidak akan mati lagi. Mereka akan hidup seperti malaikat-malaikat dan anak-anak Allah karena sudah dibangkitkan”.
Inilah makna kebangkitan. Yakni kehidupan baru sebagai anak-anak Allah. Kita tidak lagi terikat oleh nafsu duniawi. Semua sudah sempurna. Kawin dan dikawinkan itu adalah urusan duniawi. Ketika kita sudah dibangkitkan kita tidak lagi membutuhkan hal-hal duniawi yang serba sementara. Hidup kita sudah kekal sempurna. Kita hidup bahagia di hadapan Allah seperti malaikat-malaikat yang siang malam memuji melayani Allah.
Seperti para kudus di surga, para suci dan para martir yang hidupnya ditumpahkan bagi keselamatan kekal. Mereka memandang hidup di dunia ini sama sekali tidak sebanding dengan kehidupan kekal bersama Allah. Maka mereka berani mengorbankan dirinya dengan hidup suci demi Kerajaan Allah.
Sudahkah kita bersikap lepas bebas terhadap hal-hal duniawi demi memperoleh kebahagiaan kekal anak-anak Allah? Urip kuwi ibarate mung mampir ngombe. Mula wong sing tekun bakal oleh teken lan bakal tekan panjangkane.
Hidup di dunia itu hanya sementara. Siapa yang mau tekun akan memperoleh pegangan dan langkah lakunya akan sampai pada tujuan hidupnya. Nonton misbar di lapangan terbuka. Pantat sakit digigit kecoa. Hidup di dunia hanya sementara. Kebahagiaan kekal sudah menanti kita. Berkah Dalem.