Misa Malam Natal
Lukas 1:1-14
AWAL Desember kemarin Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, yang biasa disapa Pak Rudy mengatakan rumah sakit di Solo sudah penuh untuk menampung pasien covid. R
udy mengusulkan agar membuka Asrama Haji Donohudan untuk berjaga-jaga melonjaknya pasien covid.
Jika perlu Solo Techno Park bisa dipakai.
Banyak rumah sakit sudah tidak mampu lagi menerima rujukan pasien covid karena keterbatasan tempat. Maka pemda-pemda menyiapkan opsi-opsi lain untuk menampung pasien yang sakit.
Bahkan ada yang membikin tenda-tenda darurat di luar rumah sakit supaya bisa menolong para penderita.
Menurut Rudy, karantina mandiri di rumah tidak bisa memutus penularan covid, karena mereka masih berinteraksi dengan keluarga.
Tidak ada tempat lagi bagi mereka, karena penyebaran covid belum selesai. Sementara banyak rumah sakit sudah penuh.
Harus dicari cara bagaimana para pasien baru dapat ditampung dan ditolong.
Maria dan Yusuf mengalami hal serupa. Mereka mencari tempat untuk melahirkan bayinya.
Tetapi mereka ditolak. Tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Maria melahirkan anaknya di kandang. Bayi Yesus itu dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan.
Kelahiran Yesus ini mau menunjukkan solidaritas Allah kepada manusia. Seperti para pasien covid yang ditolak karena sudah tidak ada tempat lagi di rumah sakit. Begitu pula Yesus ditolak karena tidak ada tempat di rumah penginapan.
Allah berbelarasa dengan mereka yang paling menderita. Allah turut serta mengalami penderitaan manusia yang ditolak. Allah ikut merasakan kesedihan, penolakan, keterbatasan, kemiskinan kita.
Dalam diri saudara-saudara yang menderita itulah kita melihat Yesus yang lahir di tengah-tengah kita.
Memperingati Natal berarti merayakan solidaritas atau belarasa Allah kepada manusia. Perayaan Natal tidak boleh berhenti pada upacara liturgis.
Natal yang sesungguhnya adalah ketika kita mau berbelarasa dengan mereka yang menderita. Kita mau peduli dengan penderitaan sesama.
Di masa pandemi ini, mari kita bangun kepedulian terhadap mereka yang menderita. Allah disebut Emanuel karena Ia beserta kita, khususnya yang menderita.
Mari kita peduli, mari berbelarasa.
Berlayar jauh di atas kapal.
Menuju ke Pulau Dewata.
Selamat Hari Raya Natal.
Emanuel,Tuhan beserta kita.
Cawas, Natalmu… Natalku… Natal kita