Puncta 25.01.19 Pesta Bertobatnya St. Paulus: “Sengit Ndulit”

0
1,470 views
Santo Paulus.

Kisah Para Rasul 22:3-16 atau Kis 9:1-22.

Pepatah Jawa itu mau mengingatkan orang supaya hati-hati dengan perasaan benci.

Kebencian (sengit) yang terlalu amat sangat justru bisa membuat jatuh cinta dan ingin merasakan (ndulit).

Kadang kita jumpai beberapa pasang suami isteri pada mulanya saling benci. Perasaan benci itu lama-lama berubah menjadi jatuh cinta. Akhirnya entah bagaimana Tuhan mempertemukan mereka di pelaminan.

Pepatah itu mau menyadarkan orang supaya jangan terlalu terbawa oleh perasaan benci karena akan terjadi sebaliknya. Kalau bencinya sampai di ubun-ubun, nanti cintanya juga akan “nandhes” sampai ke tulang sumsum.

Kisah Para Rasul yang kita baca hari ini menunjukkan pengalaman itu. Saulus sangat membenci murid-murid Tuhan yang disebut pengikut Jalan Tuhan. Ia menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mati; laki-laki dan perempuan ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara. Ia melakukan dengan hati berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Bencinya sudah sampai di ubun-ubun.

Ia merasa bangga sebagai seorang Yahudi yang taat. Dengan menganiaya jemaat Kristus, ia merasa paling benar dalam menjalankan ajaran Taurat. Ia cinta buta terhadap hukum Taurat dan peristiwa di Damsyik mengubah total hidupnya menjadi cinta buta terhadap Kristus.

Dari Saulus berubah menjadi Paulus.

Dia pernah berucap, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan!” Atau di tempat lain, Paulus berkata, “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil”. Cintanya kepada Kristus sampai ke tulang sumsum. Itulah “sengit, ndulit”.

Yang dulunya benci sekarang menjadi cinta sampai mati.

Peristiwa di Damsyik menyadarkan Saulus bahwa yang dia kejar-kejar, aniaya, bunuh tidak lain tidak bukan adalah Yesus sendiri. Yesus menyatu dengan umat yang ditindas dan dianiaya. Maka walaupuan ada salib dipotong, gambar mirip salib diprotes, gereja dibom, atau ada penganiayaan dimana-mana, umat Kristus tidak pernah gentar.

Peristiwa seperti itu sudah terjadi duaribu tahun lalu. Hal seperti itu justru membuat gereja makin berkembang. Umat yang tertindas yakin Kristus menemani dan menyatu dengan mereka. “Akulah Yesus orang Nasaret yang kauaniaya itu”.

Peristiwa bertobatnya St. Paulus mengajarkan bahwa kita yang kecil, lemah, teraniaya selalu dilindungi Kristus. Jangan pernah sengit kepati-pati, karena Tuhan bisa membalik menjadi cinta setengah mati.

Jangan suka main api. Bisa jadi terbakar nanti
Janganlah kita suka membenci. Bisa jadi malah cinta mati

Berkah Dalem

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here