YESUS memberi pernyataan yang paradoks. Damai dan pertentangan. Cahaya dan kegelapan. Dosa dan keselamatan. Naik dan turun atau atas dan bawah.
Yesus datang untuk melempar api yakni cahaya yang mengusir kegelapan dosa. KehadiranNya ingin menciptakan damai sehingga perpecahan dan pertentangan dihapuskan olehNya.
Mengikuti Yesus berarti memilih kebenaran. Membela kebenaran berarti harus berani memutuskan relasi-relasi keluarga yang sering menghalangi tegaknya nilai-nilai kebenaran.
Ada perasaan tidak tega karena hubungan keluarga, kalau harus berjuang menjalankan kebenaran. Sikap permisif seperti itu yang memunculkan pertentangan seperti yang digambarkan Yesus; ada pertentangan antara lima orang dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.
Bapa melawan putranya dan putra melawan bapanya. Ibu melawan putrinya dan putri melawan ibunya. Ibu mertua melawan menantu dan menantu melawan ibu mertuanya.
Kebenaran sering kali menuntut ketegasan dalam relasi personal seperti itu. Berani memilih Yesus kendati harus mengurbankan relasi kekeluargaan. Tidak mudah memang mengikuti Yesus. Kita harus mau berkurban.
Di cafe makan pisang rebus. Ditemani tahu dan tempe. Kalau kita mau ikut Yesus. Harus bersikap tegas tidak leda-lede. Berkah Dalem.