Puncta 26.01.19 PW. St. Timotius dan Titus, Uskup Lukas 10:1-9 Damai Sejahtera

0
704 views
Ist

PADA suatu kali, seorang santri bertanya kepada Gus Dur, “Gus, kenapa panjenengan dicaci maki, dihina, dicemooh kok diam saja? Kenapa panjenengan disumpah serapahi kok tidak membalas?”

Gus Dur dengan bijak menjawab, “Sumpah serapah dan caci maki itu seperti sampah yang dilempar orang ke atas. Kalau kita diam saja, sampah itu akan mengenai mukanya sendiri. Kita diam aja gak ada ruginya kok. Dia sendiri yang rugi. Kita hanya buang-bunga energi saja ngladeni orang seperti itu. Gitu aja kok repot.

Tapi ingat, jika sebaliknya ada orang memberikan salam kepadamu, maka salam itu akan menjadi berkah, bukan hanya untuk dirimu tetapi juga berkah bagi yang memberinya”.

Dalam pesta St. Timotius dan Titus hari ini, bacaan Injil menggambarkan bagaimana seorang pekerja atau pewarta Kabar Gembira bertingkah laku. Yesus mengingatkan mereka seperti domba di tengah-tengah serigala. Memang bahaya mengancam setiap saat. Tetapi mereka tetap harus membawa damai sejahtera.

Yesus berkata, “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu, ‘Damai sejahtera bagi rumah ini.’ Jika di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak, salammu itu akan kembali kepadamu.”

Seorang pekerja pada dasarnya ditugaskan untuk membawa damai. Namun tugas membawa damai itu tidak mudah. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Bahkan Yesus berpesan untuk tidak membawa pundi-pundi, bekal atau kasut. Kita tak usah kawatir dengan bekal atau pundi-pundi.

Semua akan diatur oleh Tuhan sendiri. Dengan sendirinya Tuhan akan menanggung asal kita percaya “Deus Providebit”.

Tuhanlah yang akan menyelenggarakan tetek bengek keperluan kita.

Tuhan juga mengingatkan jangan memberi salam selama dalam perjalanan. Maksudnya supaya kita fokus pada prioritas tugas kita.

Jangan tengok sana tengok sini, ketemu teman atau sahabat asyik ngobrol sehingga tugas utama terlupakan.

Jangan pula berpindah-pindah rumah. Kita menetap supaya tidak sibuk hanya mengurusi aneka macam barang pindah-pindahan. Tugas seorang pewarta adalah membawa damai sejahtera, menyembuhkan orang sakit dan memberitahukan Kerajaan Allah sudah dekat. Orang diminta mempersiapkan dirinya.

Sebagaimana Timotius dan Titus diutus menggembalakan umat, begitulah kita juga dipanggil meneladan mereka. Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Itulah perutusan kita semua.

Sungai Serayu sampai Cilacap. Bengawan Solo menuju Kota Pati.
Salam dan tutur yang terucap. Jadi berkat bagi yang murah hati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here