Puncta 27.12.18. Yohanes I 1:1-4 Apa yang Kami Dengar, Apa yang Kami Lihat, Itulah yang Kami Tulis

0
328 views
Ilustrasi: reunian merto 78/kpa 81

REUNI memang mengasyikkan. Masa-masa liburan Nataru (Natal dan Tahun Baru) ini banyak acara reuni. Romo Eko cerita sehari kemarin reuni tiga kali. Makanya banyak orang senang mengadakan reuni walaupun tidak makan sekolahan.

Grup Monas Unipersiti juga senang ber-reuni. Bahkan setahun bisa dua kali. Kami kemarin juga kumpul-kumpul angkatan Merto8185. Melepas rindu mengenang masa-masa hidup bersama di Kawah Seminari Mertoyudan.

Ada banyak yang bisa dipetik sebagai masukan, misalnya: para romo kalau kotbah jangan mbulet-mbulet, muter sana muter sini, pakai bahasa yang mudah dimengerti umat, jangan muluk-muluk terlalu tinggi sampai umat mlongo gak ngerti apa-apa. Bahkan juga memberi masukan untuk Alma Mater supaya produk Seminari bisa menjadi pelayan Gereja yang baik.

Intinya apa yang para pastor wartakan sungguh dihayati sebagai pengalaman iman sehari-hari, dihidupi dengan hati, imam yang mendarat berpijak di bumi, bukan imam jauh dari masyarakat.

Harapan-harapan itu selaras dengan bacaan pertama hari ini saat Gereja merayakan Pesta St. Yohanes Rasul dan Penulis Injil.

Dia berkata, “Saudara-saudara terkasih, apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar dan kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan kami raba dengan tangan kami; yakni Firman hidup, itulah yang kami tulis kepadamu”.

Saya teringat kisah Mahatma Gandhi. Saat beliau diundang pidato di depan Parlemen Inggris, asistennya bertanya, “Mahatma, anda tidak mempersiapkan teks pidato sepenting ini?”

Lalu Gandhi dengan tenang menjawab: “My whole life is my speech itself”.

Pengalaman hidup  bersama dengan Kristus itulah yang diwartakan Yohanes Rasul dan pengarang Injil. Apa yang didengar oleh telinga, dilihat dengan mata dan diraba, dirasakan dengan tangan tentang Firman hidup yakni Yesus Kristus yang berkarya itulah yang diwartakan.

Teman-teman Eksem (eks-Seminari) itu mengharap supaya para romo itu punya pengalaman hidup yang diterangi oleh iman yang mendalam akan Allah sehingga kesaksiannya mudah diterima dan dimengerti oleh umat. Gajah diblangkoni. Bisa kotbah gak bisa nglakoni. Berkah Dalem.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here