Minggu Biasa XXII
Matius 16:21-27
SEANDAINYA kekayaan itu sumber kebahagiaan, mestinya Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman itu tidak mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan dirinya ke kereta api yang melaju kencang.
Jika ketenaran, popularitas bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson, king of pop, dan Whitney Houston, penyanyi terkenal dunia itu tidak minum obat tidur sampai overdosis.
Seandainya kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas, Presiden Brasil atau Hitler, kanselir Jerman yang sangat berkuasa itu tidak menembak dirinya sendiri.
Jika kecantikan itu mampu menghasilkan kebahagiaan, mestinya Marilyn Monroe, artis cantik yang bikin banyak orang tergila-gila itu tidak meminum alkohol dan obat depresi sampai overdosis.
Jika kesehatan bisa membuat orag bahagia, tentunya Thierry Costa, dokter terkenal dari Perancis tidak bunuh diri akibat sebuah acara di televisi.
Kebahagiaan itu tidak diukur dari seberapa orang memiliki kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kecantikan, kehebatan, kesuksesan, kesehatan.
Kalau kekayaan bisa dibeli, pasti sudah diborong oleh segelintir orang. Ada banyak orang mau berkorban, menderita, berbagi, meninggalkan segalanya, tetapi hidupnya sangat bahagia.
Mengapa Suster Lucy Agnes, puteri kerabat dekat keluarga bos Djarum dan pemilik restoran ayam Bulungan itu meninggalkan kemewahan dan memilih jadi anggota Konggregasi Ibu Teresa, yang mengabdikan diri kepada orang miskin?
Mengapa Cyrus Habib, wakil gubernur Negara Bagian Washington mau meninggalkan panggung politik dan memilih masuk menjadi imam Jesuit?
Habib, anak imigran Iran yang lulus Oxford University, UK, dibaptis saat dia menjadi mahasiswa. Karir politiknya dimulai tahun 2012 ketia ia mencalonkan diri menjadi anggota dewan Negara Bagian Washington, lalu menjadi senator tahun 2014.
Mulai tahun 2016 berhasil menjadi wakil gubernur Negara Bagian Washington. Maret 2020 kemarin dia meninggalkan semuanya dan kemudian masuk Novisiat Jesuit.
Cara mencapai kebahagiaan itu dikatakan oleh Yesus demikian:
“Setiap orang yang mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya bagi seseorang jika ia memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Apakah dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”
Beranikah anda berkorban, menyangkal diri, memanggul salib demi memperoleh keselamatan? Bersediakah anda menerima tantangan Jesus ini?
Emas limapuluh gram jadi tawaran.
Untuk gantikan sejuta kenikmatan.
Menyangkal diri dan berani berkorban.
Syarat jalan mencapai kebahagiaan.
Cawas, murid cerdas…