PW. St. Ignatius Loyola, imam
Matius 13:54. 55. 56b-58
ADA orang “pintar” di kampung sebelah desa. Orang dari luar sering datang ke rumahnya. Mereka justru datang dari tempat yang jauh-jauh. Mereka datang ke situ untuk minta penyembuhan, minta nasehat, minta diberi lancar usahanya, minta dapat jodoh atau lulus tes PNS.
Bagi banyak orang dari luar, bapak itu terkenal sebagai orang pintar atau dukun. Mereka datang dengan membawa kembang tiga warna. Ada yang diselipi dengan sebungkus rokok kretek. Pasti juga ada uangnya entah banyak atau sedikit, sebagai ucapan terimakasih.
Tetapi tetangga-tetangga di desa itu memandang bapak itu sebagai orang biasa saja. Orang kampung tidak percaya dia sebagai orang “pintar.”
Mereka sering bertemu di sawah. Sehari-hari tidak menunjukkan sebagai orang yang punya “aji linuwih.”
Tetapi tamu-tamunya justru banyak dari tempat yang jauh, bahkan ada yang naik mobil bagus.
Di Kapernaum dan di kota-kota lain,Yesus dikenal sebagai Guru yang berkuasa. Mereka menyebut-Nya juga sebagai nabi, bahkan Mesias yang dijanjikan Tuhan. Yesus banyak membuat mukjijat di mana-mana.
Orang banyak berbondong-bondong datang untuk mendengarkan ajaran-Nya. Mereka yang sakit ingin disembuhkan.
Bahkan ada anak yang mati dibangkitkan. Orang dari mana-mana mempercayai Yesus sebagai “orang pintar.”
Tetapi ketika Dia pulang ke Nasaret tempat asal-Nya, orang-orang hanya takjub dan heran atas kuasa-Nya itu. “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu?” Orang-orang mengagumi, tetapi mereka tidak menerima-Nya. Karena mereka tahu siapa Yesus dan keluarga serta saudara-saudara-Nya. Mereka kecewa dan menolak-Nya.
Sepenggal lirik Lagu Ebiet G Ade berjudul Kalian Dengarkan Keluhanku ini menggambarkan situasi orang yang ditolak dimana-mana. “Tetapi nampaknya semua mata memandangku curiga. Seakan hendak telanjangi dan kuliti jiwaku.”
Yesus ditolak di kampung-Nya sendiri. Penolakan ini menutup karya-karya besar Yesus. Dia tidak membuat mukjijat apa pun di Nasaret. Barangkali kita tidak sampai menolak Yesus, namun hanya sampai kagum saja.
Kita hanya kagum, tetapi belum sampai percaya. Orang yang percaya berani menggantungkan hidup sepenuhnya dan rela berkorban apa pun yang dituntut-Nya.
Ketika dituntut untuk total mengikuti-Nya, kita mundur teratur.
Di situlah kita baru sampai level kagum pada-Nya. Kalau kita mau percaya, kita akan melihat pengalaman-pengalaman luar biasa dengan-Nya.
Mau anggrek atau aglonema.
Tinggal ambil di taman bunga.
Buka hatimu untuk percaya.
Rahmat Tuhan akan datang segera.
Cawas, ndolani simbah….