Rabu Abu, Kembali pada Allah

0
716 views

RABU ABU, 18 Pebruari 2015

Yl. 2:12-18; 2Kor. 5:20-6:2; Mat.6:1-6.16-18

Hari ini kita mulai masa Pantang dan Puasa, kita diajak untuk “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu.” Dalam kegiatan masa Prapaska ini kita diajak untuk mengurangi makan/minum dan menyisihkan penghematan itu sebagai kurban-persembahan. Tujuan kegiatan ini oleh Tuhan Yesus dirumuskan: jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Dalam kegiatan puasa, doa dan derma, Yesus menegaskan: Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Bertobat adalah berbalik, mengarahkan diri kepada Tuhan; membuat Tuhan yang tersembunyi di latar belakang hidup kita, menjadi Tuan dalam hidup kita saat ini.

Sudah tiap tahun kita melakukan puasa dan pantang. Sudah setiap tahun juga kita mencoba bertobat. Tetapi tiap tahun, nampaknya kita mengulangi lagi hal-hal yang sama. Apakah kita sungguh bertobat? Dari sisi niat, pasti kita bertobat. Tetapi apakah kita sungguh mau bertobat? Apakah kita sungguh berusaha untuk bertobat? Apakah tobat kita sungguh menjadi suatu tujuan yang dengan jelas dan pasti akan dan sedang kita kejar?

Dibutuhkan 3 hal untuk dapat sungguh berubah dan bertumbuh: 1. Tahu: sungguh mengerti apa perlunya perubahan dan pertumbuhan itu. Ini bukan sekedar suatu hal baik yang boleh dilakukan atau tidak. Tetapi suatu kesadaran, bahwa saya harus dan perlu melakukannya. Kalau tidak, saya akan rugi, akan rusak dan sebagainya. 2. Mau: bahwa ini bukan sekedar kemauan baik. Ini adalah sebuah niat, yang diwujudkan secara konkrit dalam bentuk tindakan nyata. 3. Mampu: niat yang disadari dan dimaui itu, diwujudkan dalam berbagai penciptaan situasi yang mendukung. Misalnya, kita dapat memanfaatkan Kotak APP sebagai alat bantu. Kalau saya tidak mentaati niat itu, maka saya akan melakukan pantang/puasa ini/itu. Atau saya akan memasukkan sejumlah uang dalam kotak APP.

Ada 2 hal yang menggembirakan. Jika pertobatan itu merupakan tindakan konkrit, ternyata hanya dibutuhkan waktu 21 hari untuk membangun suatu kebiasaan baru. Secara tertib, teratur, sungguh diniati dan dilaksanakan setiap hari selama 21 hari, maka tubuh, pikiran dan kemauan kita akan menjadikan tindakan itu sebuah kebiasaan. Sehingga selewat 21 hari, melakukannya bukan lagi merupakan suatu beban dan percobaan berat. Jadi, dari masa tobat yang 40 hari, kita harus berjuang keras 21 hari. Dan sisa masa pertobatan itu, kita akan menikmati buah-buah pertobatan itu, hidup baru yang lebih baik.

Hal lain, pesan utama Injil hari ini: Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Kita tidak bekerja sendirian. Kita tidak melaksanakan pertobatan ini berdasar pada kekuatan kita sendiri saja. Tuhan yang menyertai kita. Tuhan yang akan membimbing kita. Memang perlu usaha dan kerja keras untuk bertobat. Tetapi ada berkat berlimpah. Tanda bahwa pertobatan kita diberkati Tuhan: ada suka cita dan semangat dalam melakukan usaha pertobatan ini.

Bapak Uskup mengajak kita untuk menampilkan wajah Kristus dalam kegiatan sosial ekonomi umat. Secara nasional kita diajak untuk mengusahakan Pola hidup sehat dan berkecukupan. Secara pribadi kita dapat membangun sikap dan usaha tobat yang nyata. Dalam basis, dalam kelompok kecil lingkungan hidup kita, kita juga dapat mengusahakan apa yang dipesankan Gereja. Membangun kesempatan untuk lebih sejahtera secara ekonomi dan membangun sikap hidup sehat bersama-sama di lingkungan sekitar kita. Banyak sekali hal yang dapat kita lakukan. Tetapi jika tahun ini, kita dapat membangun satu hal dalam hidup pribadi dan satu hal dalam hidup bersama sebagai wujud nyata perubahan dan pertobatan hidup kita, dan tahun-tahun mendatang kita dapat menambahkan lagi satu hal; maka hidup kita sungguh tumbuh lebih dekat dan lebih setia mengikuti Tuhan.

Selamat memasuki masa Prapaskah. Selamat bertumbuh dan bertobat, selangkah lebih maju mendekati Tuhan. Amin.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here