Jumat, 10 O3 2023
- Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28.
- Mzm. 105:16-17,18-19,20-21.
- Mat. 21:33-43,45-46.
BEKERJA merupakan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan individu, fisik, psikologis, maupun kebutuhan sosial.
Bekerja juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang sebagai profesi untuk mendapatkan penghasilan.
Dengan penghasilan itu, seseorang dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya agar menjadi lebih sejahtera.
Dengan bekerja kita dapat membangun kepercayaan diri dan citra diri yang positif, lebih dari pada kita tidak bekerja atau menganggur, sehingga mampu menjaga kewibawaan dan kehormatan diri kita.
Seseorang akan merasa terhormat di hadapan orang lain karena bisa mendapatkan penghasilan dari hasil jerih payahnya sendiri, sehingga mereka mampu memenuhi segala kebutuhan untuk bertahan hidup atau melanggengkan kehidupan.
Dengan bekerja kita bisa memperoleh ketentraman jiwa dan ketenangan hati.
Namun demikian tidak mudah tantangan yang di hadapi dalam dunia kerja karena dinamika dalam dunia kerja tentu bermacam- macam, misalnya gaji rendah, beban kerja tinggi, atasan dan teman kerja atau lingkungan kerja yang tidak menyenangkan.
Dalam bekerja kita harus memiliki komitmen untuk selalu bekerja sama demi kemajuan institusi atau perusahaan yang kita abdi.
Bekerja itu ada aturan bukan seenaknya sendiri, apalagi jika mulai berusaha menjadikan aset dan inventaris sebagai milik pribadi.
Rasa syukur dalam bekerja tentu akan memberikan kebahagiaan karena seberat apapun pekerjaan kita, apabila kita hadapi dan dikerjakan dengan rasa syukur tentu akan menjadi mudah dan ringan untuk dilaksanakan.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Akhirnya tuan itu menyuruh anak-nya kepada mereka, pikirnya, “Anakku pasti mereka segani.”
Tetapi ketika para penggarap melihat anak itu, mereka berkata seorang kepada yang lain; Ia adalah ahli waris. Mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Maka mereka menangkap dia, dan melemparkannya.”
Dalam Injil hari ini tampak dengan jelas sifat ego manusia yang melihat orang lain sebagai saingan.
Secara spontan kira bisa merespon kisah Injil hari ini dengan mengatakan bahwa para penggarap itu tidak tahu diri.
Sudah dibantu dan dipercaya, dan diberi pekerjaan ternyata tidak tahu terima kasih.
Lebih parah lagi mereka justru berkhianat atas sang empunya kebun anggur.
Dengan menganiaya dan bahkan membunuh para utusan sang empunya kebun, menjadi tanda jelas dan meyakinkan bahwa mereka tidak mau menerima kehadiran sang empunya kebun.
Ini menjadi gambaran yang Tuhan Yesus gunakan untuk menegur Ahli Taurat dan orang Farisi dan para pendengar-Nya.
Pribadi yang mereka anggap saingan itu tidak lain dan tidak bukan adalah Yesus sendiri.
Mereka bukan memperbaiki sifat-sifat buruk mereka terhadap orang banyak atau meneladan sifat Yesus agar dicintai malah takut kalah populer dibanding Yesus.
Ketakutan ini melahirkan iri dan dengki mereka pada Yesus sehingga mereka berusaha untuk menangkap Yesus dan membunuhnya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku masih pantas iri dan dengki bahkan dendam terhadap saudaraku se-Bapa?