Puncta 17.10.22
PW. St. Ignatius dari Antiokhia
Lukas 12: 13-21
HARTA warisan seringkali menimbulkan berbagai masalah. Banyak konflik keluarga muncul karena berebut harta peninggalan orang yang sudah wafat.
Hubungan kekeluargaan menjadi rusak akibat berebut harta warisan. Bahkan ada yang berakhir dengan tindakan bunuh membunuh.
Banyak dilaporkan di media massa tentang rebutan warisan keluarga. Misalnya, kasus di Bekasi, seorang ibu yang sudah berumur 72 tahun, digugat lima anak kandungnya karena masalah pembagian harta warisan.
Harta warisan bisa membuat orang menjadi gelap mata. Di Way Kanan, Lampung terjadi pembunuhan satu keluarga yang terdiri dari lima orang karena diduga berebut harta warisan.
Rebutan harta terjadi kepada siapa pun, tidak hanya orang kaya, tetapi orang miskin pun juga banyak berperkara di pengadilan gara-gara warisan.
Tidak hanya kaum awam, tetapi anggota-tokoh gereja juga ada yang berebut harta. Di Surabaya ada dua kelompok jemaat gereja yang saling lapor ke polisi gara-gara harta gereja.
Ada nasehat yang tidak asing bagi kita untuk berhati-hati terhadap godaan “Tiga Ta: (Harta, Tahta dan Wanita).
Harta adalah segala hal yang berhubungan dengan kekayaan; tanah, investasi, deposito, barang-barang berharga. Tahta berhubungan dengan kekuasaan, jabatan, kedudukan. Wanita berhubungan dengan kenikmatan, kemolekan, hawa nafsu.
Tetapi inti dari segala godaan adalah nafsu serakah dari dalam diri manusia sendiri. Keserakahan, kerakusan atau ketamakan bisa menguasai manusia sehingga menghalalkan segala cara. Keserakahan bisa membutakan hati manusia.
Yesus mengingatkan hal itu ketika diminta untuk menyelesaikan perkara warisan. Ada orang yang datang kepada-Nya dan berkata, “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku?”
Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung daripada kekayaannya itu.”
Apalah artinya mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri, jika orang tidak kaya di hadapan Allah.
Kaya bagi Allah itu bukan soal harta atau kekuasaan. Kaya tidak tergantung dari jumlah hartanya. Kaya di hadapan Allah berarti mengumpulkan kebaikan, keutamaan hidup yang membuat orang lebih berguna bagi sesamanya.
Nasehat luhur yang mesti kita tanamkan dalam diri kita yakni;
“Nyawa kuwi mung gadhuhan, Bandha mung titipan, pangkat mung sampiran. Bakal teka sawijining dina nalika nyawa, bandha, lan pangkat bakal oncat tanpa guna lan manpangat.”
(Nyawa itu hanya pinjaman, harta hanya titipan, pangkat hanya hiasan. Akan datang satu hari dimana nyawa, harta dan pangkat tiada lagi berguna dan bermanfaat).
Jika demikian, apakah yang menjadi prioritas anda demi memperoleh kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akherat?
Bunga mawar semerbak dengan melati,
Menghias altar dengan bunga lily.
Harta tidak akan dibawa sampai mati,
Kebaikan dan cintalah yang selalu menemani.
Cawas, waspada terhadap kerakusan…