Rekoleksi di PA St. Maria Ganjuran: Paroki Gondangwinangun Klaten Ajak Katekis Dalami Tugasnya  

0
24 views
Rekoleksi para katekis Gereja St. Yusuf Pekerja Paroki Gondangwinangun. (Panitia)

BIDANG Pewartaan dan Evangelisasi Gereja Santo Yusuf Pekerja Paroki  Gondangwinangun di Klaten, Jawa Tengah menggelar rekoleksi bagi para katekis paroki. Rekoleksi diikuti 47 orang katekis; mengambil tempat di Panti Asuhan Santa Maria Ganjuran, Bantul, DIY.

Rekoleksi ini dilaksanakan hari Minggu, 20 Oktober 2024. Narasumber rekoleksi  Romo Yosef Didik Mardiyanto Pr Vikaris Paroki Gereja Santo Yusuf Pekerja Paroki Gondangwinangun.

Rekoleksi para katekis Gereja St. Yusuf Pekerja Paroki Gondangwinangun di Panti Asuhan Santa Maria Ganjuran, Bantul, DIY. (Ist)

Diutus membawa kabar baik

Kedatangan pembawa ‘kabar baik’ selalu dinanti-nantikan.  Kabar baik itu, misalnya  kemenangan perang dan kelahiran putera mahkota. Konteks pewartaan Gereja, pembawa kabar baik sekarang ini mewartakan berita sukacita sejati: Yesus Kristus. Allah menghendaki semua manusia tanpa kecuali untuk selamat karena rahmat, baptisan dan pembaharuan Roh Kudus. Melalui pewartaan, orang mendengar tentang Yesus Kristus dan kemudian beriman kepada-Nya.

“Siapakah yang akan diutus menjadi pembawa kabar baik? Apa saja motivasi yang perlu,supaya tugas mulia tidak jatuh pada mewartakan diri sendiri?” demikian pengantar Romo Yosef Didik Mardiyanto Pr.

Katekis: pastor paroki dan katekis awam

Pastor paroki adalah katekis utama dan menjadi penanggungawab katekese parokinya (Kan. 776). Identitas dan spiritualitas katekis mengalir dari jatidiri sebagai kaum beriman awam. Berkat Baptis dan Krisma, mengemban tritugas Kristus (trimunera Christi),sebagai imam, raja dan nabi (LG. 31).

Tugas kenabian berarti turut mewartakan Injil kepada segala makhluk (Mrk. 16: 15) dan menjadikan semua bangsa murid Kristus (Mat. 28: 19-20a). Tugas kenabian diwujudkan dengan memberikan kesaksian Injil (LG. 35, Mat. 5: 16) dan mewartakan dengan kata-kata.

Rekoleksi dan rekreasi untuk penyegaran parpara katekis Gereja St. Yusuf Pekerja Paroki Gondang. (Panitia)

Menjadi rasul sejati

Rasul yang sejati mencari kesempatan-kesempatan untuk mewartakan Kristus dengan kata-kata. kepada mereka yang beriman untuk:

  • mengantar mereka kepada iman;
  • mengajar dan meneguhkan mereka;
  • mengajak mereka hidup dengan semangat yang lebih besar.” (AA. 6).

Katekis (yang sudah) berkeluarga, demikian tulis Paus Yohanes Paulus II: ”Para katekis yang telah berkeluarga diharapkan menjadi saksi yang tetap bagi nilai perkawinan Kristiani; yang menghidupi Sakramen Perkawinan dalam kesetiaan penuh dan mendidik anak-anak mereka dengan rasa tanggungjawab.”

Rekoleksi para katekis Paroki Gondangwinangun Klaten di Panti Asuhan Santa Maria Ganjuran, Bantul, DIY. (Panitia)

Peran kaum awam

“Kemudian hierarki juga mempercayakan kepada kaum awam; berbagai tugas yang lebih erat berhubungan dengan tugas-tugas gembala. Misalnya bidang pengajaran Kristiani, dalam berbagai upacara liturgi, dalam reksa pastoral.

Berdasarkan pengutusan itu, dalam pelaksanaan tugas mereka, para awam wajib mematuhi sepenuhnya Pimpinan Gereja yang lebih tinggi.”

”Secara intensif mereka menyumbangkan tenaga dengan menyampaikan sabda Allah, terutama melalui katekese-katekese,” kata Romo Didik

Tujuan katekese

Tujuan katakese: persatuan dengan Kristus (GDC. 80). Salah satu kelompok yang dibimbing dan diajar oleh para katekis adalah para katekumen atau calon baptis.

Para calon ‘murid Kristus’ ini diajak untuk melaksanakan semua perintah-Nya (Mat. 28: 20a). Mereka dibimbing untuk ‘menanggalkan’ manusia yang lama dan ‘mengenakan’ manusia yang baru, yang terus menerus diperbarui dalam kebenaran dan kekudusan (Ef. 4: 22).

Katekis membimbing dan mengajar katekumen

Mengingat tugas mewartakan Injil itu bukanlah perkara mudah, maka dituntut dari seorang katekis adalah hal-hal berikut:

Yakin akan iman yang hendak diwartakan.

Rasul Santo Paulus menulis: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi tetapi juga, orang Yunani.” (Rm. 1: 16).

Tuntutan bagi katekis

Tuntutan belajar terus menerus, baik materi iman yang akan diajarkan supaya terhindar dari hal yang menyesatkan (Luk. 17: 1-2), dan makin jelas bagi pendengarnya, maupun metode yang lebih sesuai dengan subjek yang dihadapi (Kan. 779). Dalam kaitannya dengan semangat belajar ini, tetap berlaku prinsip, “Yang mempunyai akan ditambahkan.” (Mat. 25: 29).

Tuntutan menjadi saksi Injil, atas apa yang diwartakan. Tidak cukup dengan kata-kata, tapi juga garus selaras dengan perbuatan.

Paus Paulus VI menulis: “Dunia membutuhkan pewarta yang berbicara mengenai Tuhan yang mereka kenal dan yang akrab dengan mereka, seakan mereka telah melihat yang ‘Tak Kelihatan’ itu” (EN. 75).

Tuntutan terbuka kepada Gereja, di mana keterbukaan ini diungkapkan dengan cinta, pengabdian terhadap pelayanan, dan kesediaan menderita. Gereja mengharapkan katekis-katekis yang memiliki rasa handarbeni dan tanggungjawab mendalam sebagai anggota yang hidup dan aktif di Gereja. Secara konkret tampak dalam kesetiaan mengikuti misa dan partisipasi di lingkungan setempat.

Medan pewartaan katekis

Medan pewartaan yang dihadapi tidak selalu mudah, sebab dalam pewartaan Injil ini, kita tidak memilih sendiri ‘kawanan domba yang gemuk’, tetapi bersama yang lain kita mau peduli pada kawanan yang dipercayakan kepada kita.

Terkadang kita sungguh dituntut untuk berkorban, dihadapkan pada aneka kesulitan dan penganiayaan, kendati mungkin tidak seberat yang dialami oleh St. Paulus (2 Kor. 11: 23-28).

Sebagai katekis, kita tidak ingin seperti benih yang jatuh di tanah berbatu, yang cepat layu karena penindasan dan penganiayaan (Mat. 13: 20-21), namun semoga penderitaan itulah yang ‘mematangkan’ iman kita (2 Tim. 3: 10-13).

Belajar dari Santo Paulus

Paulus menjadi pewarta andal karena telah berjumpa dan mengalami Kristus yang bangkit. Orang Gerasa yang kerasukan roh jahat, juga mewartakan pengalaman iman karena telah disembuhkan Yesus (Mrk. 5: 19).

Tugas pewartaan mengandaikan adanya ‘kontak personal’ dengan Tuhan. Bagaimana bisa mewartakan kalau kita sendiri tidak duduk mendengarkan sabda-Nya?

Selain itu, kita juga ‘tinggal’ bersama dengan Yesus dalam doa, dan di luar Dia, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa (Yoh. 15: 5).

Syukur karena membimbing katekumen menjadi murid Kristus. Andreas, pribadi ‘pengantar’, yang mengantar Simon, kakaknya kepada Yesus (Yoh. 1: 41-42), melaporkan anak yang membawa lima roti dan dua ikan sehingga Yesus mengadakan mukjizat (Yoh. 6: 8-9), dia yang menyertai Filipus untuk melaporkan pada Yesus bahwa ada orang Yunani menemui-Nya (Yoh. 12: 22).

Namun, di saat penting Yesus: Andreas tidak pernah diajak serta. Andreas, sosok pribadi rendah hati, dan bersyukur boleh menjadi ‘pengantar’ orang bertemu dan mengalami Kristus, tantangan katekis

Katekis bekerja bersama-sama

Semua katekis, bersama-sama dan bekerjasama ambil bagian dalam pewartaan Kerajaan Allah, bukan ‘kerajaan-ku’. Maka, semangat kerjasama, ‘pergi berdua-dua’, perlu dikembangkan.

Gaya pewartaan ‘single-fighter’ diganti dengan sinergi aneka potensi. Ada proses memberdayakan potensi dan talenta yang ada.

Yesus mengutus dan mendelegasikan tugas pengutusan kepada para murid. Murid ambil bagian dalam karya pewartaan Kerajaan Allah.

Dalam hal ini, ‘jabatan’ pengurus hendaknya dilihat sebagai tanggung jawab pelayanan dan pemberdayaan, bukan sekedar status, apalagi untuk menguasai (Mat. 20: 28).

Rekoleksi dan rekreasi

Setelah mengikuti rekoleksi, para katekis melanjutkan kegiatan rekreasi di Pantai Gua Cemara.

Rekoleksi dan rekreasi menjadi sarana penyegaran bagi para katekis.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here