Rekoleksi Mahasiswa STPKat St. Fransiskus Assisi Semarang: Diriku, Keluarga, dan Dunia

0
9 views
Rekoleksi para mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik St. Fransiskus Assisi Semarang. (Ist)

REKOLEKSI. Ah, rekoleksi. Bukanlah ini tentang lokasi yang instagrammable? Atau acara seru penuh hingar-bingar, apalagi ajang mencari jodoh? Bukankah pula tentang koleksi foto selfie di tempat-tempat hits?

Bukan itu semua. Karena, esensi rekoleksi adalah menyediakan waktu, menepi sejenak dari riuhnya dunia. Untuk menemukan kembali Sang Sumber Kehidupan. Kerinduan akan rekoleksi lahir dari kebutuhan fitrah manusia untuk bersandar pada-Nya.

Dalam kesibukan kita, sering kali Dia terlupakan. Maka, rekoleksi menjadi momen istimewa untuk mengheningkan cipta, berdoa, dan bersyukur kepada-Nya.

Senin, 23 September 2-24 lalu, menjadi puncak perjalanan akademik mahasiswa-mahasiswi angkatan tahun 2022. Di tengah teriknya Kota Semarang, mereka tetap bersemangat mengikuti rekoleksi bertema “Diriku, Keluarga, dan Dunia”.

Suasana penuh keakraban terasa sejak awal. Canda tawa dan obrolan hangat mewarnai jamuan makan siang. Tibalah saatnya memasuki ruang pertemuan, meninggalkan hiruk-pikuk untuk menyelami keheningan batin.

Acara utama diawali dengan doa dan sambutan hangat Saudara Vincentius Viktor. Ia mengajak kita bersyukur atas terselenggaranya rekoleksi ini. Semangat kebersamaan terasa saat semua menyanyikan lagu dan mengumpulkan foto-foto yang diminta panitia.

Sr. Fr. Wuriningsih kemudian memandu sesi pertam. Ia membahas tentang syukur atas keluarga, mengajak peserta merenungkan anugerah terindah dari Sang Pencipta.

Berdamai dengan diri sendiri dan keluarga

Rekoleksi angkatan 2022 ini sungguh istimewa. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini para mahasiswa diajak untuk “berdamai dengan diri dan keluarga”.

Seorang pakar pastoral dan psikologi membimbing mereka untuk menyadari dan menerima pengalaman traumatis masa lalu agar kelak tidak menjadi penghalang dalam mengabdi. Setiap orang, tanpa terkecuali, memiliki luka batin. Melalui sharing dan diiringi musik instrumental John Milford Rutter yang menenangkan, para peserta diajak menyelami ruang hening dalam diri, menemukan kembali jatidiri, dan bersyukur atas segala pencapaian.

Rekoleksi para mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik (STPKat) St. Fransiskus Assisi Semarang dengan ajakan para peserta agar bisa berdamai dengan diri sendiri dan merancang masa depan lebih baik. (Ist)

Rasanya sulit menemukan kedamaian, jika tidak menyediakan waktu untuk hening. Diiringi musik instrumental yang menenangkan, nyanyian sederhana namun syahdu, dan permainan yang membuat ruangan penuh tawa ceria, para peserta diajak untuk menghilangkan sekat, berbagi cerita, dan menyelami kembali makna hidup.

Suasana penuh kehangatan ini membuat semua orang kembali mengenang perjalanan hidup dan bersyukur atas semua pencapaian. Ada juga beberapa mahasiswa, seperti MY, yang menyampaikan betapa berat menerima tawaran studi sebagai guru agama Katolik karena beban “nama baik” yang tidak bisa dianggap remeh.

Apalagi kebanyakan mereka merupakan anak-anak yang berasal dari keluarga yang memiliki profesi sebagai guru agama Katolik. Mereka tahu ini bukan sekadar profesi keilmuan, melainkan membawa pengaruh bagi hidup siapa pun secara lebih bermakna. Rekoleksi bagi mereka adalah ruang untuk rehat sejenak.

Selain “menyendiri”, rekoleksi memberikan kekuatan bagi mereka yang semakin dipercaya mengemban tanggung jawab rohaniwan. Meskipun persiapan rekoleksi bisa lebih sempurna, mereka melihat bahwa kesempurnaan itu terletak pada diri mereka sendiri, di mana angkatan 2022 siap dengan pemberian yang terbaik bagi Kristus, teladan utama.

Acara selanjutnya mengajak peserta “menatap ke depan”, merenungkan kelebihan dan kelemahan diri. Proses introspeksi ini menuntun mereka untuk mengenali diri lebih dalam, termasuk menelusuri pengaruh latar belakang keluarga. Misalnya saja, MH, yang berasal dari keluarga religius.

Tidak heran jika Mic memiliki pemahaman iman yang kuat sejak kecil. Namun, perjalanan menjadi guru agama juga menantang Mic untuk terus mengembangkan diri, terutama dalam mengembangkan kreativitas dan keberanian untuk berkarya di ruang publik.

Ilustrasi: Doa Bapa Kami.

Mengembangkan potensi diri

Gregorius Daru, pembicara kedua, mengungkapkan bahwa potensi dalam diri setiap peserta merupakan anugerah yang patut diasah dan dikembangkan demi kemuliaan Tuhan dan sesama, sebagaimana dikatakan Kristus, “rambut kepalamu pun terhitung semuanya” (Matius 10:30).

Kekuatan dan kelemahan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Maka, marilah kita syukuri semua karunia Tuhan dengan penuh rasa syukur. Rangkaian materi pun ditutup dengan Doa Bapa Kami, menyerahkan segalanya ke dalam tangan pemeliharaan-Nya.

Selain mendengarkan pembicara, ada pula acara pengumpulan kado yang dipimpin oleh Saudari MI. Uniknya, kado kali ini tidak untuk dibagikan antar peserta seperti umumnya Perayaan Natal, melainkan diserahkan kepada Sr. Fr. Wuriningsih. Untuk disalurkan kepada saudara-saudari yang membutuhkan di sekitar lingkungan STPKat St. Fransiskus Assisi Semarang.

Dengan demikian, sukacita rekoleksi juga dapat dirasakan oleh sesama. Acara pun ditutup dengan jamuan makan bersama, menciptakan kehangatan dan kebersamaan di antara para peserta.

Secara manusia, memang masih banyak terdapat kekurangan di sana-sini. Akan tetapi, di dalam rekoleksi ini, mereka dapat benar-benar merasakan bahwa acara ini boleh terselenggara semua hanya karena rahmat Allah.

Kiranya melalui rekoleksi sederhana ini, mereka terus diingatkan kembali akan makna rekoleksi sesungguhnya, yaitu menciptakan ruang hening.

Kiranya cinta kasih Allah sebagai dasar rahmat dan pengampunan melingkupi kita sekalian dengan damai sejahtera dan sukacita sejati untuk menatap masa depan. Amin.

Tentu saja, sebagai manusia biasa, ada banyak kekurangan dalam penyelenggaraan rekoleksi ini. Namun, para peserta dapat merasakan bahwa semua ini terselenggara berkat rahmat Allah semata.

Semoga rekoleksi sederhana ini mampu mengingatkan kembali akan makna rekoleksi yang sebenarnya. Yaitu, yaitu menciptakan ruang hening untuk berjumpa dengan Sang Khalik.

Semoga cinta kasih Allah yang menjadi dasar rahmat dan pengampunan senantiasa melingkupi kita dengan damai sejahtera dan sukacita sejati dalam menatap masa depan. Amin.

Selamat terus bermawas diri. Tuhan Yesus memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here