Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta mengingatkan remaja Yogyakarta untuk lebih mengoptimalkan penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari.
“Supaya semua masyarakat khususnya remaja tidak meninggalkan namun justru menghidupkan berbahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari,”kata Kepala bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi Disdikpora DIY Mulyati Yunipratiwi di Yogyakarta, Senin.
Di zaman yang serba modern ini, kata dia, memang banyak remaja di daerah termasuk di Yogyakarta yang mulai enggan berbahasa jawa dan lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia dalam komunikasi.
Bahasa Indonesia, kata dia, memang sudah menjadi kewajiban kita untuk memakainya sebagai bahasa resmi negara namun porsi bahasa jawa sebagai identitas budaya jangan sampai hilang.
Di dalam kirikulum pendidikan Bahasa Indonesia menjadi kurikulum wajib namun di DIY seperti di daerah-daerah lain juga diberikan kewenangan untuk memasukkan bahasa jawa dalam kurikulum muatan lokal.
“Untuk SD, SMP, SMA kami diberikan kewenangan untuk menentukan muatan lokal tergantung kearifan-kearifan lokal apa yang mau diangkat,”katanya.
Muatan lokal di dalamnya diajarkan kearifan-kearifan lokal, kata dia, termasuk bahasa Jawa yang dari dulu sampai sekarang porsinya belum pernah berubah.
Bahkan, kata dia, rencananya di tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memasukkan pendidikan budi pekerti yang akan terintegrasi dalam pendidikan bahasa jawa.
“Karena di dalam bahasa jawa itu terdapat juga unsur unggah-ungguh, etika atau sopan santun yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari,”katanya.
Dia juga mengatakan remaja Yogyakarta jangan sampai tidak menguasai mengenai penulisan aksara Jawa karena akhir-akhir ini justru banyak dipelajari oleh mahasiswa mancanegara.
“Dalam menulis Jawa pun jangan sampai kita kalah dengan mahasiswa mancanegara yang akhir-akhir banyak yang tertarik mempelajarinya di Indonesia karena dalam tulisan Jawa terdapat nilai-nilai yang “Adiluhung”,”katanya.