UNTUK kedua kalinya, Perayaan Misa Malam Natal dilaksanakan di Lapas Cilacap, tanggal 24 Desember 2019 lalu. Ini berlangsung di sebuah Ruang Ibadah Ekumenis.
Meski ruangann itu kecil, namun kondisinya bersih dan tertata rapi.
Tempat ibadah di lingkungan Lapas Cilacap ini dilengkapi dengan meja mimbar, LCD Projector, organ, seperangkat sound system, beberapa kursi jemaat, dan toilet.
Dengan tersedianya fasilitas tempat ibadah ini, menjadi jelas bahwa Lapas Cilacap selalu memperhatikan dan memfasilitasi kegiatan pelayanan rohani bagi warga binaan.
Ibu Stella Soraya Leonard SH, staf Registrasi dan Binkesmas Lapas Kelas IIB Cilacap, kepada kami mengungkap hal ini.
“Inilah tugas kami dr Lapas: bisa mengayomi, membimbing, mendukung dan mendampingi warga binaan dalam pengembangan kepribadian. Khususnya bidang kerohanian lewat kegiatan kegiatan seperti Misa Natal; tentunya juga menyediakan fasilitas yang memadai untuk kegiatan rohani.”
Misa Natal penuh damai
Misa Natal 2019 lalu itu terjadi dengan hadirnya Romo Nico Setiawan OMI yang memimpin Perayaan Ekaristi.
Warga binaan Katolik dan Kristen duduk mengikuti perayaan liturgis Natal ini dengan khusuk. Mereka terlihat sangat bersukacita, setiap kali berkesempatan menyanyikan lagi puji-pujian Natal.
Dalam homilinya, Romo Nico Setiawan OMI memberi dorongan kekuatan dan harapan bagi warga binaan.
”Kita bersyukur saat ini boleh merayakan peristiwa kelahiran Bayi Yesus di malam Natal. Yesus lahir untuk kita semua, segenap umat manusia; juga bagi kita yang berada di Lapas ini,” ujar imam OMI asal Paroki Purbayan di Solo ini.
“Yesus lahir di hati kita masing masing; meski saat ini kita tinggal di Lapas ini. Yesus, Sang Juru Selamat, sangat dekat dengan kita sebagai sahabat yang menerima kita apa adanya,“ papar alumnus Seminari Mertoyudan tahun masuk 1977.
Menjadi sahabat bagi yang lain
Persahabatan di antara warga binaan juta terlihat sangat intens, meski mereka sama sama menjalani kehidupan di Lapas.
Ada lima warga binaan yang punya keyakinan imam berbeda memutuskan ikut merayakan Misa Malam Natal. Mereka adalah pemain musik dan penyanyi. Dengan tulus dan setia mereka selalu ikut ambil bagian dalam ibadah pujian.
Mengenai hal itu, Ibu Stella mengatakan demikian. “Walaupun mereka dari komunitas iman berbeda, dengan pemikiran dan jiwa terbuka mereka telah bersedia membantu ikut mensukseskan acara ini.”
Mereka menikmati suasana sukacita Misa Malam Natal, tanpa harus merasa diri lain, hanya karena berbeda keyakinan religius, suku, beban hukuman .
Inilah salah satu bentuk persahabatan di antara warga binaan yang sempat terungkap dalam acara perayaan syukur dalam Misa Malam Natal di mana Yesus telah sudi lahir dan tinggal di antara kita semua.
Inilah berkat dan hadiah Natal 2019 di mana semangat “membumi” Yesus lahir ke dunia telah menembus kepahitan hidup warga binaan di Lapas .
Yesus lahir membawa harapan untuk hidup lebih baik.
Hadiah berupa remisi Natal
Setelah disampaikan homili oleh Romo Nico Setiawan OMI, Bapak Heri Sutriadi selaku Kasibinadik Lapas Kelas IIB Cilacap bersama sejumlah anggota stafnya menyampaikan keputusan pengurangan hukum atau remisi kepada tujuh warga binaan Lapas.
Remisi Natal 2019 ini telah diputuskan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia untuk ke-7 warga binaan Katolik dan Kristen. Remisi ini diterima dengan perasaan gembira penuh syukur sebagai hadiah Natal 2019.
Setelah misa, warga binaan dan Kasibinadik dan staf Lapas Kelas IIB Cilacap berbaur menikmati santap malam bersama sebagai ungkapan syukur atas Kelahiran Yesus di Lapas.
Suasana kekeluargaan dan persahabatan terasa kental sekali dalam makan bersama.
Kesan dan pesan
MU, seorang Katolik terpidana mati, bersedia menyampaikan kesaksian dan ucapan “Selamat Natal” kepada semua pihak.
“Saya sudah merayakan Natal yang ke-17 kali –artinya sudah 17 tahun– di Lapas Cilacap. Saya bersyukur bahwa saya boleh bersama dengan bapak dan ibu petugas binaan yang selalu menemani saya selama ini. Saya bersyukur boleh mengembangkan potensi dalam diri saya, sehingga saya lebih mengerti arti hidup ini. Saya boleh memberikan segala apa yang saya punya,” ungkap MU.
“Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus, karena saya mempunyai teman, sahabat yang baik di Lapas ini. Saya mengerti Tuhan memberi kekuatan kepada saya di balik Lapas. Saya berharap tahun depan saya bisa berkumpul dengan keluarga agar bisa merayakan Natal Bersama. Selamat Natal dan Tahun Baru,” ungkapnya lagi.
Lebih lanjut Ibu Stella menyampaikan kesan sebagai berikut:
”Puji Tuhan, warga Binaan yang beragama Katolik maupun Kristen dapat merayakan Misa Natal layaknya seperti umat Kristiani lainya yang berada di luar dengan penuh hikmat, khusuk, dan damai.“