Pw. St. Ignatius Loyola
Bacaan I: 1Kor. 10: 31-11: 1
Injil: Mat. 13: 54-58
LELAKI setengah umur dengan perawakan kecil, tidak terlalu tinggi dan cenderung kurus dengan senyumnya yang khas, itulah pak Senin. Kami selalu memanggilnya pak Senin, itulah yang saya tahu.
Sedang siapa nama lengkapnya, entahlah.
Pak Senin adalah karyawan dapur Novisiat St. Stanislaus, Girisonta. Saya tidak ingat persis apakah Pak Senin bisa memasak. Seingat saya, beliau hanya membantu Suster memasak dan membersihkan peralatan, membersihkan dapur dan menyiapkan makan.
Hal yang menarik dalam diri beliau adalah keramahannya. Beliau selalu menyapa setiap frater dengan ramah dan dengan senyumnya yang khas. Pak Senin selalu menampakkan kegembiraan dalam kerja.
Rasanya belum pernah kami melihat beliau bekerja tidak dengan gembira. Bahkan pada saat habis kena marah Suster pun, beliau tetap menyapa kami dengan ramah.
Melihat bagaimana Pak Senin menjalani pekerjaannya menjadi pelajaran berharga bagi saya. Saya belajar bagaimana menjalani pekerjaan dengan bahagia, meski dalam situasi yang tidak menyenangkan.
Apa pun pekerjaan dijalani dengan gembira. Dan yang menjadi lebih penting adalah dalam bekerja memancarkan kasih bagi semua orang yang ditemui.
Kiranya itulah ciri orang yang bekerja atau bertindak demi kemuliaan Tuhan. Sebagaimana disampaikan St. Paulus kepada umat di Korintus: “Jika engkau makan atau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan Allah.”
Kapan ya aku bisa seperti pak Senin dalam menjalani pengutusanku?