Renungan – Cinta dengan Pamrih

0
530 views
Ilustrasi - (Ist)

Renungan Harian
Rabu, 26 Mei 2021
PW. St. Filipus Neri, Imam
Bacaan I: Sir. 36: 1.4-5a. 10-17
Injil: Mrk. 10: 32-45

BEBERAPA tahun yang lalu, di suatu sore saya kedatangan tamu, perempuan muda calon pengantin yang diantar kedua orangtuanya.

Setelah berbasa-basi sebentar, Bapak calon pengantin itu membuka pembicaraan: “Romo, saya mengantarkan puteri saya, yang ingin bicara dengan Romo. Soal apa dan bagaimananya biar dia sendiri yang bicara.”

“Romo, saya datang dengan mengajak kedua orangtua saya mau menyampaikan rencana perkawinan saya dan calon saya dibatalkan. Saya mohon petunjuk apa yang harus saya lakukan,” kata perempuan itu.

Saya agak terkejut mendengarnya karena perkawinan itu tinggal satu bulan lagi.

“Maaf, kalau boleh tahu, ada masalah apa?,” tanya saya.
 
“Romo, persoalan ini sebenarnya sudah lama tetapi waktu itu saya tidak berpikir mendalam. Romo, kami berdua dipercaya untuk mengelola salah satu usaha keluarga. Setahun lalu, ketika kami memutuskan menikah, calon suami pernah bicara agar usaha yang kami kelola itu diserahkan resmi kepada kami. Waktu itu saya pikir baik juga, tetapi papa bilang nanti aja kalau sudah menikah.

Beberapa waktu kemudian, saya mau beli mobil dengan uang tabungan saya, calon suami minta agar atas nama dia dengan alasan supaya tidak kena pajak progresif. Karena saya sudah punya motor atas nama saya. Waktu itu saya setuju aja, padahal dia juga punya motor atas nama dia.
 
Romo, puncaknya satu bulan lalu. Calon suami ini marah-marah, karena rumah yang menjadi hadiah perkawinan kami atas nama saya. Menurut dia seharusnya atas nama dia, karena dia adalah kepala rumah tangga.

Dengan rumah itu atas nama saya, berarti orangtua saya tidak percaya dengan dia. Saya sudah mengatakan itu masalah kecil, nanti setelah menikah bisa balik nama.

Dia tidak terima dan marah, romo, bahkan terucap kata kalau seperti ini lebih baik tidak usah menikah. Saya kaget Romo, lho kenapa masalah rumah jadi masalah besar padahal saya sudah mengatakan nanti bisa balik nama.

Dia maunya sekarang balik nama, jadi sebelum menikah sudah atas nama dia.
 
Romo, saya seperti disadarkan. Jangan-jangan dia mau menikah dengan saya, bukan karena sungguh-sungguh mencintai saya tetapi karena keinginan untuk mendapatkan harta.

Setelah saya timbang-timbang dan berbicara dengan papa mama, saya semakin yakin bahwa dia hanya mengincar harta. Papa banyak cerita tentang perilaku dia yang berkaitan dengan harta ini romo.
 
Romo, saya sudah mantap untuk membatalkan rencana perkawinan ini. Saya sedih sekali Romo, tetapi saya yakin ini jalan yang terbaik untuk masa depan saya,” perempuani itu mengakhiri kisahnya yang diceritakan dengan berurai air mata.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Markus, kedua Murid Yohanes dan Yakobus tidak mengerti apa arti mengikuti Yesus yang sesungguhnya. Sehingga meminta agar memperoleh jabatan bila Yesus menjadi Raja Israel (dalam arti manusiawi). 

“Perkenankalah kami ini duduk dalam kemuliaan Mu kelak, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri Mu.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apa yang aku harapkan dengan mengikuti Yesus?
 
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here