Senin, 17 Mei 2021
Bacaan I: Kis 19: 1-8.
Injil: Yohanes 16: 29-33.
“SAYA hanya ingin kamu datang, duduk di sisiku,” kata gadis itu pada pacarnya.
Gadis itu terkena penyakit leukemia. Badannya sudah lemas, namun tatapan matanya berbinar penuh semangat.
“Iya, aku bersamamu,” kata pacarnya.
Gadis ini tidak mau lagi menerima kunjungan, selain orangtua dan kakak serta pacarnya.
“Saya sudah capai mendengar kata klise dari orang-orang yang datang,” katanya.
“Mereka selalu minta saya sabar, berdoa, pasrah, semangat, percaya pada Tuhan. Memangnya selama ini, saya tidak sabar, tidak berdoa, tidak pasrah, tidak semangat, tidak percaya pada Tuhan?,” katanya dengan nada protes.
“Mereka datang dengan niat menguatkan dan memberimu dukungan,” kata mamanya.
“Saya tahu. Tapi semakin saya dengar kata-kata mereka, hati saya semakin bergejolak. Seakan-akan saya berjuang sendiri dan Tuhan hanya duduk menontonku. Saya kira Tuhan tidak sekejam itu,” kata gadis itu.
Menyampaikan belarasa dengan sahabat yang sakit dan jika tidak dimulai dari perasaan hati kita sendiri, sering kali bukannya menghibur si sakit. Tetapi justru kadang memberikan beban.
Dalam banyak kasus, kita hanya perlu hadir dan diam di sisi si sakit. Sambil mendengarkan keluhan dan rintihannya dengan penuh perhatian.
Ketika memungkinkan ingatkan dia pada sabda Tuhan seperti yang kita dengar hari ini, “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
Penderitaan dan sakit adalah bagian kenyataan kita sebagai makluk hidup.
Namun penderitaan apa pun itu tidak akan memisahkan kita dari cinta Kristus.
Kristus telah mengalami penderitaan yang paling mengerikan dan Dia menang atas penderitaan itu.
Dunia ini, medan hidup kita yang penuh dengan aneka peristiwa, sanggupkah kita menjalani dengan tabah ketika penderitaan datang menghampiri kita?