Bacaan I: Am. 7: 10-17
Injil: Mat. 9: 1-8
BEBERAPA tahun yang lalu, saat saya sedang mengunjungi salah satu umat yang sedang sakit di rumah sakit, datang beberapa orang yang ingin mendoakan. Mereka datang memperkenalkan diri dari sebuah gereja. Walaupun berbeda denominasi tetapi sama-sama murid Kristus. Keluarga tidak keberatan dan mempersilakan mereka untuk mendoakan.
Hal pertama yang dikatakan oleh pemimpin kelompok itu adalah: “Saudaraku, saudara harus bertobat, minta ampun pada Tuhan. Sakit yang saudara alami ini karena dosa. Bertobatlah saudaraku.”
Saya melihat wajah si penderita sakit menunjukkan ketidaksukaannya dan agak menahan amarah. Tetapi ia tidak mengatakan apa-apa dan hanya diam.
Mulailah mereka bernyanyi dengan iringan gitar. Lagu yang bagus dan suara yang bagus. Nyanyian ini memberi penghiburan kepada si sakit. Wajahnya mulai tenang dan mulutnya nampak ikut bernyanyi, meski tidak keluar suara.
Sesaat kemudian mulai berdoa. Doa dengan ekspresif dan penuh semangat. Saya tidak ingat persis apa isi doanya, karena begitu panjang. Namun yang saya ingat persis sepotong doanya: “Tuhan, lembutkanlah hati saudaraku, hancurkanlah kedegilan hatinya, agar mau bertobat. Sadarkanlah saudaraku agar kembali kepadaMu dan menjadi sembuh.”
Doa belum selesai, si penderita sakit dengan terengah-engah menahan marah, mengusir kelompok doa ini: “Terima kasih, silakah keluar, saya mau tidur.”
Ketika mereka tetap meneruskan doanya, si penderita sakit teriak, mengusir mereka.
Saat itu saya berpikir kalau saya menjadi orang yang sakit dan didoakan seperti itu pasti saya akan marah. Saya marah bukan karena didoakan dan bukan pula karena saya orang yang tidak berdosa yang tidak membutuhkan pertobatan; akan tetapi marah karena saya merasa sudah diadili sebagai orang yang berdosa sehingga jatuh sakit.
Dalam perjalanan pulang saya berpikir apa yang salah dengan doa mereka. Mereka mendoakan agar si pederita sakit bertobat.
Bukankah dalam banyak kisah penyembuhan Yesus bersabda: “Dosamu sudah diampuni”.
Bukankah mereka yang berdoa itu seperti orang-orang yang membawa orang lumpuh kepada Yesus.
Yesus dalam kisah penyembuhan mengatakan dosamu diampuni, karena Yesus mengerti dengan baik bahwa kebutuhan orang itu bukan hanya pemulihan fisik tetapi pemulihan manusia yang seutuhnya.
Yesus tidak mengadili orang yang disembuhkan sebagai pendosa dan juga tidak mengadili bahwa penyakitnya akibat dosa.
Bertolak dari hal itu saya mengerti dimana salahnya mereka yang mendoakan. (kalau mau disebut salah karena membuat marah yang didoakan). Mereka tidak mengerti kebutuhan si penderita sakit.
Betapa penting belajar untuk mengerti dan memahami agar bisa memberi pertolongan yang baik.