PW Hati Tersuci SP Maria
- Bacaan I: 1Raj. 17: 7-16
- Injil: Mat. 5: 13-16
KETIKA saya bertugas di sebuah paroki, muncul keluhan dari anak-anak muda kalau perayaan ekaristi di gereja gak menarik, “garing”.
Mereka bertanya apakah Perayaan Ekaristi di gereja nyanyian tidak boleh diiringi alat musik lain selain organ. Saya dengan segera menjawab boleh.
“Sok ayo, kalian bikin koor yang diiringi gitar dan yang lain,” ajak saya pada mereka.
Mereka menyanggupi dan menyebut beberapa teman yang bisa bermain musik. Kemudian mereka membuat kesepakatan untuk berlatih.
Tetapi apa lacur? Latihan tidak pernah terjadi, ada saja alasan dari mereka yang main musik. Ada yang lupa, ada yang ketiduran. Bahkan saat Perayaan Ekaristi mereka tetap diharapkan datang, ternyata tidak datang, juga dengan alasan telat bangun dan datangnya terlambat.
Teman-teman muda ini mempunyai kemampuan yang bagus, akan tetapi kemampuan itu tidak kelihatan dan “tidak berguna” karena tidak ada komitmen. Saat sedang merencanakan semua kelihatan luar biasa dan akan menjadi luar biasa.
Bercermin dari sikap orang-orang muda itu, betapa banyak d iantara kita, termasuk saya, sering kali kehilangan identitas diri karena kelemahan dalam komitmen.
Identitasku sebagai imam dan gembala sering kali hilang karena sambalewa dan mencari kesenangan sendiri.
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Matius mengingatkanku untuk sadar akan identitasku dan bertindak sesuai dengan identitasku. Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan? Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diijak orang.”
Akankah aku akan hanya menjadi sesuatu yang dibuang dan diinjak orang?