Renungan Harian 10 Januari 2021: Tembok Berlin

0
856 views
Ilustrasi - Tembok Berlin (Ist)


Pesta Pembaptisan Tuhan
Bacaan I: Yes. 55: 1-11
Bacaan II: 1Yoh. 5: 1-9
Injil: Mrk. 1: 7-11
 
TEMBOK Berlin bagi anak-anak zaman sekarang mungkin sesuatu yang asing atau tidak mempunyai arti apapun; namun tidak untuk orang-orang dewasa. Bagi sebagian besar orang dewasa masa kini, Tembok Berlin adalah hal yang amat akrab di telinga mereka.
 
Tembok Berlin menjadi simbol pemisahan dunia dalam era Perang Dingin. Tembok yang memecah Jerman menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur. Tembok yang memisahkan saudara yang satu dengan yang lain. Mereka yang terikat dalam kasih didorong dan dipaksa untuk saling membenci.
 
Tembok yang menjadi simbol keangkungan manusia sehingga dengan sadar memecah belah manusia; bukan hanya memecah belah tetapi juga mencabik-cabik kemanusiaan.

Karena dengan pemisahan itu membawa korban yang tidak sedikit mereka yang berjuang untuk bertemu dengan saudaranya atau memperjuangkan martabat kemanusiaan yang telah dirampas.
 
Perubahan besar terjadi pada masa Mikhail Sergeyevich Gorbachev menjadi presiden Uni Soviet. Dengan kebijakannya membangun perdamaian mengakhiri masa perang dingin. Pada masa itu juga ditandai dengan dirobohkannya Tembok Berlin.

Robohnya Tembok Berlin menandai terbuka hubungan manusia yang satu dengan yang lain, terbukanya cinta yang menyatukan saudara, terbukanya usaha mengembalikan martabat manusia.
 
Manusia yang dipisah dan dipecah belah dibukakan pintu untuk bersatu. Pintu perdamaian dan kasih dibuka lebar. Dengan demikian dunia menjadi semakin menyatu dan hubungan manusia sedemikian dekat seperti saudara.

Seperti digambarkan dalam syair lagu Wind of Change dari Scorpion:
Listening to the wind of change
The world is closing in
Did you ever think        
That we could be so close, like brothers.

 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan St. Markus, menggambarkan langit terkoyak dalam peristiwa pembaptisan Tuhan, yang melambangkan terbukanya hubungan surga dengan bumi, manusia dengan Allah.

Manusia yang meninggalkan Allah, menjadikan hubungan Allah dengan manusia rusak, hubungan surga dan bumi “tertutup”.

“Pada saat keluar dari air, Yesus melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.”
 
Melalui pembaptisan Yesus memulai karya-Nya menyelamat manusia, mengembalikan manusia kepada martabatnya sebagai anak-anak Allah, mengembalikan manusia pada pengalaman kasih.
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah lewat hidupku sehari-hari aku mampu membongkar tembok-tembok yang menghalangi kasih?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here