Renungan Harian 10 Oktober 2020: Kehendak Allah

0
537 views
Ilustrasi -- Tangan orang tua yang sudah renta. (Ist)


Bacaan I: Gal. 3: 22-29
Injil: Luk. 11: 27-28
 
SETIAP pagi, ibu sepuh yang saya panggil eyang itu selalu hadir dalam misa harian. Beliau diantar oleh sopir dan seorang asisten rumah tangga.

Setelah misa, beliau masih berdoa lama di Gereja. Beliau berdoa Rosario, dan tampaknya doa-doa devosi lainnya.
 
Eyang, itu sekarang memang tinggal sendirian ditemani asisten rumah tangganya, suaminya sudah amat lama meninggal.

Suaminya meninggal ketika putera dan puterinya masih kecil. Keempat putera-puterinya tinggal di luar kota. Satu orang puteranya menjadi imam, satu puterinya menjadi suster, putera satu lagi menjadi dosen dan sudah berkeluarga dan satu puteri lagi seorang dokter dan juga sudah berkeluarga.

Eyang itu banyak menghabiskan waktunya untuk berdoa.
 
Ketika saya berkunjung ke rumahnya saya bertanya: “Eyang, rumah besar tetapi isinya hanya eyang sendiri. Eyang tidak kesepian?”

“Wah, kalau sepi yang pasti sepi to romo. Tetapi eyang tidak kesepian, kan ada Tuhan Yesus dan bunda Maria yang menemani eyang,” jawabnya sambil tersenyum.

“Putera-puteri jarang pulang ya eyang?,” tanyaku.

“Wah, ya mereka kan pada sibuk, yang jadi romo dan suster sudah menjadi milik Tuhan jadi ya pasti sibuk dengan pelayanannya; yang berkeluarga sudah menjadi milik keluarganya jadi ya pasti sibuk dengan keluarganya.”

“Lha eyang milik siapa?,” tanyaku bercanda

“He………he eyang sekarang milik Tuhan,” jawabnya sambil terkekeh.
 
“Eyang itu hebat, sendirian bisa membesarkan putera-puteri dan semua jadi orang hebat,” kata saya.

“Romo, yang hebat itu bukan eyang, tetapi Tuhan yang hebat. Eyang ini kan hanya menjalankan kehendak-Nya. Tuhan menghendaki ke Utara, eyang ke Utara; sebaliknya Tuhan menghendaki ke Selatan, eyang ke Selatan. Romo, kalau eyang mengandalkan diri sendiri tidak akan menjadi apa-apa. Eyang tidak bisa apa-apa,” jawab eyang.
 
“Bagaimana eyang bisa tahu itu kehendak Allah?,” tanya saya penasaran.

“Romo, eyang gak bisa jelasin. Eyang selalu berdoa, berdoa dan berserah, dan rasanya seperti dituntun,” jawab beliau.
 
Pembicaraan yang sederhana tetapi luar bisa.

Pengalaman eyang yang sederhana tetapi mengungkapkan iman yang luar biasa. Selalu mencari kehendak Tuhan dalam hidup dan selalu berjuang untuk mengikutinya.

Buahnya disadari bukan karena diri sendiri tetapi karena keagungan Tuhan.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Santo Lukas: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya.”

Bagi saya, eyang itu adalah bagian dari orang yang disebut Tuhan sebagai orang yang berbahagia.
 
Bagaimana dengan aku, adakah aku bagian dari orang yang disebut bahagia?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here