Home BERITA Renungan Harian 11 Agustus 2020: Ngelmu

Renungan Harian 11 Agustus 2020: Ngelmu

0
Ilustrasi --buku untuk belajar dan ngelmu.


PW. St. Clara
Bacaan I: Yeh. 2: 8-3: 4
Injil: Mat. 18: 1-5.10.12-14

SERAT Wulang Reh, adalah sebuah karya sastra berupa tembang (lagu) macapat karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV.

Serat berarti tulisan, wulang berarti ajaran dan reh berarti jalan, cara, aturan, tuntutan untuk mencapai; maka Serat Wulang Reh berarti tulisan yang berisi ajaran untuk mencapai sesuatu.
 
Salah satu pupuh yang sering ditembangkan adalah tembang Pocung (salah jenis lagu macapat) Ngelmu itu kelakone kanthi laku.
 
Ngelmu iku kelakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Teges kas nyantosani
Setyo budya pangekese durangkara

 
llmu bisa dipahami dan dikuasai dengan cara diamalkan
cara untuk mencapainya harus dengan berusaha keras
dengan berusaha keras maka akan memperkokoh karakter pribadi
dengan kokohnya karakter pribadi maka akan menjauhkan dari sifat angkara
 
Ajaran leluhur yang luar biasa. Ngelmu memang secara harafiah dapat diartikan dengan ilmu. Akan tetapi makna ngelmu sesungguh bukan sekedar ilmu pengetahuan semata tetapi lebih ajaran atau kebijasanaan tentang hidup.

Maka secara keseluruhan tembang itu mengajarkan bagaimana seseorang dapat meraih kebijaksanaan hidup.
 
Kebijaksanaan hidup akan didapat lewat perjuangan dalam pengalaman hidup. Ilmu itu harus dijalankan, diamalkan dalam hidup sehari-hari tidak cukup hanya lewat pengajaran.
Dengan kata lain, ilmu itu harus dihidupi dan mengejawantah (mewujud) dalam kehidupan sehari-hari.

Orang yang mencapai ilmu itu maka akan mempunyai kepribadian yang kuat, yang jauh dari sifat angkara. Sifat angkara, adalah sifat-sifat jahat manusia yang adigang (mengandalkan kekuatan) adigung (mengandalkan kekuasaan) dan adiguna (mengandalkan kepandaian).
 
Kiranya ajaran yang tertuang dalam Serat Wulang Reh berguna bagiku dalam menanggapi Sabda Tuhan.

Sabda Tuhan bukan sekedar untuk didengar, dipelajari dan dimengerti akan tetapi lebih dari itu Sabda Tuhan harus dihidupi.

Bagaimana Sabda Tuhan itu aku perjuangkan untuk selalu meresap dalam diri sehingga pada gilirannya mengejawantah (mewujud) dalam sikap hidupku sehari-hari.
 
Senada dengan Serat Wulang Reh, Yeheskiel menggambarkan amat bagus bagaimana Sabda Tuhan itu harus menjadi bagian dalam hidupku: “Hai anak manusia,makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini dan isilah perutmu dengannya.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version