Renungan Harian 11 Desember 2020: Nggambleh

0
510 views
Ilustrasi - Hanya pintar bicara saja. (Ist)


Bacaan I: Yes. 48: 17-19
Injil: Mat. 11: 16-19
 
DALAM suatu visitasi Kuria keuskupan, ada kesempatan pertemuan antara Bapak Uskup dengan umat. Pada pertemuan itu umat yang diundang adalah perwakilan dari lingkungan-lingkungan, serta tokoh-tokoh umat.
 
Dalam kesempatan wawan hati, Bapak Uskup bertanya tentang harapan-harapan umat berkaitan dengan pelayanan pastoral.

Beberapa umat mengusulkan agar di paroki diadakan pengajaran tentang Kitab Suci, karena banyak umat tidak mengenal Kitab Suci bahkan para pengurus lingkungan juga kesulitan kalau harus membahas Kitab Suci.

Umat lain mengusulkan agar diadakan pendalaman iman, agar umat mendapatkan pengajaran dan refreshing berkaitan dengan ajaran Gereja dan Katekismus.

Umat lain mengusulkan agar diadakan misa lingkungan karena umat membutuhkan persekutuan dalam ekaristi di lingkungan. 

Semua usul bagus-bagus berkaitan dengan pembinaan umat.
 
Setelah mendengarkan semua usulan dan harapan umat, Bapak Uskup bertanya kepada Kami Dewan Pastoral Paroki. “Bagaimana ini DPP akan ditindak lanjuti mulai kapan usulan-usulan umat ini? Semua usulan umat ini amat penting dan seharusnya dilakukan di paroki.”
 
Mendengar pertanyaan dan pertanyaan Bapak Uskup itu, saya diam karena kalau menjawab menjadi semacam pembelaan diri.

Tetapi kemudian salah satu wakil ketua DPP bicara: “Bapak Uskup,mohon maaf, sering umat itu mengusulkan ini dan itu. Setiap kali usulannya selalu seperti itu, tetapi hanya sampai pada usulan. Bicara seharusnya ada ini, seharusnya ada itu, tetapi itu hanya bicara saja kalau diadakan tidak mau ikut. Jadi mohon maaf saya sering menyebut hanya “nggambleh” saja. (asal bicara).
 
Di paroki ini diadakan pendalaman kitab suci, diumumkan di gereja berulang-ulang tetapi yang datang hanya 7 orang dan orang yang itu itu saja, yang lain kemana?

Mungkin sibuk.

Diadakan pelajaran kitab suci, diumumkan di lingkungan dan di gereja yang datang berapa dan siapa? Tidak sampai 10 orang dan itu lagi itu lagi.

Diadakan misa lingkungan, setelah berjalan beberapa putaran, lingkungan mengeluh sulit mencari keluarga yang bisa menerima untuk tempat misa, usul dihentikan dulu.
 
Bapak Uskup, sebetulnya semua yang diusulkan tadi semua sudah kami jalankan tetapi, apa yang selalu terjadi tidak ada tanggapan. Nanti bila ada kesempatan diminta usul dan saran, hal itu muncul lagi dan selalu seperti itu. Kami mengajak, mengajak tidak mendapatkan tanggapan tetapi umat selalu berharap dan berharap.”
 
Kiranya sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan St. Matius memberikan kritik kepada kita semua yang tidak mudah disentuh dan digerakkan.

Ada banyak keinginan dan harapan akan tetapi hanya sebatas ucapan bibir saja tidak sungguh-sungguh sebuah keinginan dan harapan untuk ikut bergerak.

“Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya, kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak berkabung.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku orang yang mudah untuk digerakkan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here