Bacaan I: Ibr. 1: 1-6
Injil: Mrk. 1: 14-20
DULU, waktu saya masih kecil, pernah diutus bapak untuk memanggil tukang yang biasa bersih-bersih di rumah. Biasanya untuk memanggil pak tukang itu, bapak atau ibu cukup menitip pesan kepada tetangganya yang sering jualan di pasar.
Namun sudah berkali-kali diminta datang melalui tetangganya tidak juga mau datang.
Waktu saya diminta ke rumah pak tukang itu, saya keberatan karena rumahnya cukup jauh dari rumah kami. Bapak tetap bersikukuh meminta saya, karena menurut bapak, kalau saya yang datang pak tukang itu akan datang.
Bapak menjelaskan kalau saya yang datang pak tukang itu akan merasa sungguh dihargai dan sungguh dibutuhkan.
Saya pergi ke rumah pak tukang itu dan bertemu dengan beliau. Saya menyampaikan pesan kalau pak tukang diminta ke rumah untuk membantu bersih-bersih. Pak tukang kelihatan senang melihat saya datang diutus bapak.
Beliau mengatakan: “Walah, kok harus mas sendiri yang datang jauh-jauh. Wah, bapak kok repot-repot mengutus mas hanya untuk memanggil saya.”
Saat itu juga pak tukang pergi ke rumah kami bersama dengan saya.
Ketika saya ingat pengalaman itu, saya sadar betapa penghargaan yang diberikan bapak kepada pak tukang, membuat hati pak tukang luluh sehingga segera mau datang ke rumah kami.
Saya berpikir seandainya bapak tidak mengutus saya, dan hanya mengundang lewat tetangganya mungkin pak tukang belum datang ke rumah.
Kiranya sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam surat kepada orang Ibrani, menunjukkan betapa Allah memberikan penghargaan kepada manusia sehingga mengutus Putera-Nya sendiri.
Allah begitu mencintai manusia dan berharap hati manusia luluh dan mau kembali kepadaNya. “Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi. Tetapi pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya.”
Bagaimana dengan aku?
Adakah aku merasakan cinta dan penghargaan Allah kepadaku, sehingga aku menjadi luluh hati dan kembali kepada-Nya?