Bacaan I: Sir. 48: 1-4. 9-11
Injil: Mat. 17: 10-13
BEBERAPA tahun yang lalu, ada berita besar dan menghebohkan tentang teroris yang bernama Nurdin M. Top. Ia dianggap teroris berbahaya karena kemampuannya merakit bom.
Ia menjadi salah satu teroris yang diburu oleh aparat keamanan, fotonya dipasang di banyak tempat dan surat kabar. Maka tidak aneh bila berita tentang dia menjadi pembicaraan banyak orang.
Akhirnya teroris itu dapat dilumpuhkan. Dari berita yang tersiar dia meledakkan diri. Berita tentang pengepungan teroris ini disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi.
Berita tentang kematiannya menjadi berita besar, foto-fotonya terpampang di media.
Di sebuah kampung heboh dengan berita kematian teroris besar itu. Semua orang di kampung itu tiba-tiba sadar bahwa teroris besar itu pernah tinggal di kampung itu.
Semua orang mengenali bahwa yang mati itu adalah tukang roti yang ngontrak rumah di kampung itu. Semua orang di kampung itu sontak dihinggapi kengerian bahwa mereka tidak sadar di antara mereka tinggal teroris yang paling diburu.
Mereka tidak menyadari keberadaannya karena orang itu berperilaku sopan, suka membagi roti dagangannya,walau mereka tahu bahwa keluarga itu agak tertutup.
Pengalaman orang-orang kampung yang tidak sadar akan keberadaan teroris besar diantara mereka, sama dengan pengalaman umat Israel dengan Yesus. Mereka tidak menyadari kehadiran-Nya bahkan menolak karena mereka punya gambaran tersendiri tentang Mesias seperti apa.
Sebagaimana sabda Tuhan sejauh diwartakan St. Matius:
“Dan Aku berkata kepadamu, Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian pula Anak Manusia akan menderita oleh mereka.”
Bagaimana dengan aku?
Apakah aku menyadari kehadiran Tuhan dalam hidupku sehari-hari? Atau aku sibuk dengan gambaranku sendiri tentang Tuhan?