Renungan Harian 13 Desember 2020: Bijak

0
428 views
Ilustrasi - Berita bohong melalui medsos. (Ist)


Minggu Adven III
Bacaan I: Yes. 61: 1-2a. 10-11
Bacaan II: 1Tes. 5: 16-24
Injil: Yoh. 1: 6-8. 19-28
 
ADA pepatah “mulutmu harimau-mu” yang kurang lebih sebuah ajaran dan anjuran agar berhati-hati dalam melontarkan ucapan-ucapan. Karena dengan ucapan-ucapan itu bisa melukai orang lain atau merugikan diri sendiri.
 
Pepatah itu untuk jaman media sosial ini sering kali ditambah tidak hanya mulutmu tetapi “jempolmu harimau-mu”.

Di era media sosial ini sering kali orang mudah untuk mengunggah ujaran-ujaran yang melukai orang lain dan pada gilirannya merugikan diri sendiri.
 
Di samping ujaran-ujaran yang diunggah sering kali terjadi orang meneruskan berita-berita yang diterima tanpa mengerti sumber beritanya. Sehingga berita sudah diteruskan tidak lama kemudian orang lain mengunggah bahwa berita yang diteruskan itu adalah kebohongan.
 
Oleh karenanya, pada masa sekarang ini berbagai informasi yang beredar sungguh-sungguh membingungkan dan tidak jarang mencemaskan. Selalu ada saran yang baik yaitu agar setiap orang yang menerima berita hendaknya meneliti kebenarannya.

Sementara bagi kebanyakan orang, amat sulit untuk mendapatkan petunjuk soal kebenaran dari sebuah berita.

Maka sikap yang terbaik adalah diam. Kalau menerima berita jangan mudah percaya dan jangan mudah meneruskan berita kalau tidak yakin akan sumber dan kebenarannya.
 
Riuhnya “jagad” media sosial yang membingungkan dan seringkali menjerumuskan seseorang pada tindakan yang merugikan orang lain maupun diri sendiri, menggambarkan riuhnya dorongan-dorongan yang ada dalam diri kita. Entah disadari atau tidak dalam diri kita selalu ada gerak batin dan dorongan untuk bertindak ini dan bertindak itu.

Gerak batin dan dorongan itu seringkali saling berlawanan.

Gerak batin dan dorongan yang berlawanan itu sering kali sama kuat, namun tidak jarang gerak batin dan dorongan yang satu begitu kuat dan yang lain amat lembut.

Itupun tidak berarti dorongan yang kuat pasti mengarah pada kebenaran.
 
Betapa sulit untuk mengerti dan  memahami gerak batin dan dorongan dalam diri yang sungguh mengarah kepada kebaikan serta kebenaran. Dibutuhkan usaha luar biasa untuk menjadi bijak dalam menentukannya.

Kerelaan untuk mengambil waktu hening agar punya kesempatan untuk menguji, meneliti gerak batin dan dorongan yang ada. Kerelaan untuk jujur meneliti ketika mengikuti gerak batin dan dorongan yang demikian ternyata membawa pada tindakan yang kurang baik.

Kerelaan untuk memilih yang baik meski berlawanan dengan keinginan diri.
 
Menguji segala sesuatu dan berani berpegang pada hal yang baik dan benar bukan perkara mudah akan tetapi membutuhkan daya dan ketekunan mengolah dari waktu ke waktu entah sampai kapan.

sebagaimana sabda Tuhan sejauh diwartakan st. Paulus kepada jemaat di Tesalonika meneguhkan, bahwa Tuhan pasti akan menuntun dan tidak akan membiarkan kita berjuang sendirian. “Ia yang memanggil kamu adalah setia; maka Ia pun akan menggenapinya.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah kemauan dan kemampuan untuk mengikuti gerak batin dan dorongan yang berasal dari Roh baik meski harus berlawanan dengan keinginan diri?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here