- Bacaan I: Kis. 1:15 – 17.20-26.
- Injil: Yoh. 15: 9–17
MENARIK memperhatikan “perilaku“ bayi.
Bayi yang menurut saya belum bisa mengenali banyak hal, tetapi bisa membedakan mana ibunya, mana yang bukan. Saat sedang menangis, digendong orang lain tetap menangis, tetapi begitu didekap ibunya langsung diam, tenang dan tidur.
Tidur dengan tenang dan damai.
Melihat bayi dalam dekapan ibunya, menampakkan betapa bayi itu merasa aman karena terlindungi. Nampak dia tidak membutuhkan apa-apa lagi selain menikmati dekapan ibunya.
Melihat bayi dalam dekapan ibunya, memberi gambaran nyata pada saya apa artinya tinggal dalam kasih. Tinggal dalam kasih berarti memasrahkan diri sepenuhnya dalam lindunganya; “pasrah bongkokan”.
Aku menikmati kasih yang mengalir. Di situ aku mengalami kepenuhan, sehingga aku tidak membutuhkan apa-apa lagi.
Sebagaimana Sabda Tuhan hari ini: ”Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu.”
Namun ternyata, tinggal dalam kasih Tuhan bukan menjadi penikmat, yang diam dan menikmati. Tinggal dalam kasih Tuhan, berarti harus bergerak dan mengalirkan kasih. Pergi dan mengasih orang lain, sebagaimana aku mengalami kasih Tuhan.
Pertanyaannya adalah, mungkinkah aku menjadi saluran kasih, mengasihi orang lain, mana kala aku sendiri tidak mengalami kasih Tuhan?
Iwan Roes RD
PS: Untuk membaca renungan sebelumnya, silakan kunjungi dan follow IG kami:
- @clcindonesia
- @clcjakarta
- @clcbandung
- @clcyogyakarta
- @clclokalsurabaya