Renungan Harian 15 Juni 2020: Dendam

0
890 views
IlustrasiL Jangan Pelihara Rasa Dendam dan Marah by Romo Suhud SX
  • Bacaan I: 1Raj. 21: 1-16
  • Injil: Mat. 5: 38-42

BEBERAPA tahun silam, dalam rangka “ujian” kuliah tentang latihan rohani, saya diajak almarhum P. Tom Jacob untuk mendampingi retret suster-suster. Saya diminta menemani tiga orang suster.

Dalam perjalanan retret ada satu suster yang selalu kesulitan untuk berdoa. Bahan-bahan yang diberikan tidak bisa didoakan.

Saya bicara dengan  P. Tom, beliau meminta agar saya meneliti apakah sikap doanya sudah baik, persiapannya sudah baik, pilihan waktunya baik dan seterusnya. Tetapi tetap tidak berhasil.

P. Tom, menganjurkan agar suster berpuasa dan saya juga ikut berpuasa. Namun tidak berhasil. Kemudian P. Tom meminta saya jangan memberi bahan apa pun tetapi mengajak retretan untuk bicara.

Dalam pembicaraan dengan suster itu, kami temukan bahwa sumber masalah bukan pada bahan renungan yang ditawarkan tetapi sumber masalah justru pada doa penutup yang disarankan yaitu doa Bapa Kami.

Setiap kali berdoa Bapa Kami, semua yang direnungkan menjadi hilang dan tidak bisa lagi merenungkan apa pun.

Apa yang kemudian kami temukan adalah bahwa suster itu punya pengalaman kebencian yang mengarah pada dendam luar biasa kepada ayahnya. Ia ingin membalaskan sakit hati, penderitaan dirinya dan ibunya yang disebabkan oleh ayahnya.

Tidak jarang muncul pikiran-pikiran ingin membunuh ayahnya agar menjadi damai.

Belajar dari pengalaman suster itu, memperlihatkan bagaimana pola mata ganti mata dan gigi ganti gigi masih hidup, dan “dihidupi” oleh banyak orang termasuk diriku. Ketika aku dilukai maka yang muncul adalah membalas dendam.

Dan betapa semakin sakit hati mana kala melihat orang yang melukai diriku tampak damai-damai dan bahagia. Maka muncul keinginan untuk melampiaskan dendamku, membuat dirinya menderita dan aku bahagia kalau dia tidak ada lagi (menghilangkan).

 Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Matius, Tuhan mengajak untuk memutus mata rantai dendam. Dendam yang terlampiaskan akan memunculkan dendam baru pada diri orang lain dan pada gilirannya memunculkan dendam baru pada diriku.

Satu-satunya cara meretas rantai dendam adalah dengan mengasihi. Dalam kasih ada pengampunan. Oleh karenanya dengan kasih yang tulus, akan menghapus rantai dendam itu.

 Dalam kenyataan hidup sehari-hari betap sulit untuk mengampuni yang padanya aku mendendam. Apalagi kalau dendam yang bersumber pada luka batin itu, sudah sedemikian dalam.

Saya ingat apa yang dikatakan P. Tom Jacob, jangan berpikir mengampuni dan mengasihi lebih dahulu, tetapi belajar untuk mendoakan dia terlebih dahulu.

Adakah aku mampu mendoakan orang yang padanya aku mendendam?

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here