Renungan Harian 16 Januari 2021: Tertangkap

0
911 views
Ilustrasi - Identitas diri (Ist)


Bacaan I: Ibr. 4: 12-16
Injil: Mrk. 2: 13-17
 
DALAM sebuah kesempatan mendampingi retret ada satu peserta yang menarik perhatian saya. Peserta itu seorang bapak muda yang selalu riang. Ia seorang yang kreatif, pintar bermain gitar dan lucu sehingga dengan kemampuannya itu membuat suasana jadi meriah dan hidup.
 
Di antara kawan-kawannya, ia dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan dan selalu menghidupkan suasana. Beberapa teman mengatakan dia itu orang yang tidak bisa sedih. Bagi dia apa pun bisa menjadi bahan untuk membuat orang lain tertawa terbahak, bahkan kekurangan dirinya bisa dia tertawakan sendiri.
 
Namun dalam perjalanan retret dia cukup mengganggu, karena kesan saya tidak bisa membedakan saat serius dan tidak. Ketika sedang sharing serius dia membuat lawakan-lawakan yang menurut saya tidak pada tempatnya.

Ada saja ulahnya yang menjadikan orang lain tertawa. Sehingga pada satu kesempatan teman-temannya merasa terganggu dengan ulahnya. Beberapa kali diingatkan, tetapi dia sendiri tampaknya kesulitan untuk mengendalikan diri.
 
Dua tahun kemudian saya mendapatkan kesempatan mendampingi kelompok yang sama sehingga saya bertemu dengan bapak muda itu. Gayanya tetap sama selalu membuat kelucuan-kelucuan dan membuat suasana meriah.
 
Namun pada hari berikut dalam renungan-renungan dia mulai diam, tidak membuat ulah. Bahkan dalam sesi sharing dia tidak bisa bicara apa pun kecuali dia bercucuran air mata.

Pemandangan yang amat aneh bagi teman-temannya.

Bahkan ada satu orang yang teman yang berbisik ke saya: “Romo, dia sepertinya “kesambet” tidak ada cerita dia sedih seperti itu.”
 
Malam hari, dia meminta waktu untuk berbicara.

Dia mulai cerita: “Romo, saya ditangkap Tuhan, saya tidak bisa lari lagi. Romo selama ini, selalu membuat hidup saya selalu gampang, semua saya jalani dengan santai, saya banyak tertawa. Jujur romo, saya tidak pernah berdoa, tidak pernah ke gereja. Kalau ditegur saya tanggapi dengan enteng.
 
Romo, entah kenapa hari ini saya merasakan Tuhan itu mencintai saya dengan luar biasa. Saya merasakan pengalaman cinta yang sulit saya gambarkan. Tetapi cinta itu menelanjangi saya. Saya selama ini rasanya seperti orang yang selalu lari dan menghindar dari Tuhan.

Dan sekarang saya ditangkap dan tidak bisa menghindar lagi. Dan yang saya rasakan saya ditangkap bukan untuk dihukum tetapi untuk dicintai. Saya bahagia sekali tetapi jadi sedih sekali melihat hidup saya.
 
Saya menangis karena bahagia merasakan dicintai, tetapi juga sedih karena kelakuan saya. Saya sedih karena saya selama ini membuang kebahagiaan yang luar biasa ini.”
 
Sebuah pengalaman luar bisa dari bapak muda itu yang tersentuh oleh sabda Tuhan. Dia mengalami kebahagiaan rohani luar biasa karena membuka diri atau lebih tepatnya dibuka oleh cinta.

Dan karenanya dia menjadi jujur dengan dirinya sendiri di hadapan Tuhan. Semakin dia jujur semakin mengalami cinta Tuhan.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam surat kepada orang Ibrani: “Sabda Allah itu hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun. Sabda itu menusuk amat dalam, sampai ke batas jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum.”
 
Bagaimana dengan aku? Adakah aku mengalami cinta Tuhan?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here