Renungan Harian 16 November 2020: Mengadili

0
423 views
Ilustrasi - Mengadili (Ist)


Bacaan I: Why. 1: 1-4; 2: 1-5a
Injil: Luk. 18: 35-43
 
BEBERAPA hari yang lalu, saya ngobrol-ngobrol dengan beberapa umat yang lagi berkumpul di halaman gereja. Topik obrolan kami adalah adanya beberapa tokoh agama lain yang mengaku bekas imam.

Sebetulnya pembicaraan bermula dari adanya berita seorang pendeta yang mengomentari berita tentang pendapat Sri Paus berkaitan dengan LGBT.
 
Pembicaraan menjadi seru karena kami masing-masing memberikan pendapat yang cenderung emosional. Pembicaraan cenderung emosional, karena merasa bahwa gereja sudah dilecehkan oleh orang-orang itu.

Ada kejengkelan dan kemarahan karena merasa orang-orang itu dibiarkan begitu saja memberitakan kebohongan.

Pertanyaan yang dimunculkan adalah kenapa tidak ada upaya hukum melawan orang-orang itu.
 
Kami berpendapat bahwa orang-orang itu seharusnya mendapatkan hukuman yang berat agar menjadi efek jera. Kami membandingkan dengan orang-orang yang menghina agama tertentu dan dihukum berat.

Dengan adanya hukuman yang memberi efek jera di kemudian hari tidak ada orang yang dengan mudah menyampaikan pendapat yang menghina Gereja.
 
Kami membubarkan diri dengan memegang pendapat dan harapan agar orang-orang itu dihukum berat.

Kami berpikir andai punya kuasa untuk menjatuhkan hukuman pasti orang-orang itu sudah kami hukum seberat-beratnya.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Wahyu mengingatkan bahwa apa yang telah kami pikirkan adalah salah.

Pemikiran dan pendapat emosional yang mengadili orang-orang yang kami anggap melecehkan Gereja tidak sepantasnya terjadi. Memang kami tidak berbuat sesuatu akan tetapi niat kami telah salah karena kehilangan kasih.
 
Sebagaimana umat di Efesus ditegur oleh Allah karena mereka membela Gereja di Efesus tetapi melupakan kasih.

“Namun demikian, Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu sadarilah, betapa dalamnya engkau telah jatuh. Bertobatlah dan lakukanlah apa yang kau lakukan semula.”
 
Betapa dalam kehidupanku sehari, ketika aku merasa benar, aku merasa berhak menghukum dia yang bersalah seturut kemauanku dan melupakan kasih.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here