Bacaan I: Kej. 49: 2. 8-10
Injil: Mat. 1: 1-17
SUATU pagi, saya menerima tamu pasangan suami isteri bersama puterinya. Setelah berbasa-basi sebentar, bapak itu mulai mengutarakan maksud kedatangannya.
“Pastor, kami mohon agar pastor berkenan membebaskan keluarga kami, khususnya anak perempuan kami, dari kutuk akibat dosa leluhur,” bapak itu membuka pembicaraan.
“Lho, memang ada apa dengan putri bapak?,” tanya saya.
“Pastor, beberapa kali puteri kami menjalin hubungan dengan pria selalu gagal sebelum perkawinan; bahkan yang terakhir ini puteri kami sudah bertunangan. Kemudian ada yang menyarankan kepada kami, agar kami menghadap pastor dan mohon dibebaskan dari kutuk akibat dosa leluhur,” bapak itu menjelaskan.
Kembali saya dihadapkan pada sebuah permintaan yang bagi saya sulit. Sulit karena sejauh saya ingat tidak pernah mendapatkan pelajaran dan pemahaman berkaitan dengan hal itu.
Saya sendiri tidak tahu persis ajaran-ajaran seperti itu sumbernya dari mana. Saya sendiri mempertanyakan apakah benar Tuhan mengutuk seseorang akibat dosa leluhur?
Saya lebih yakin bahwa Tuhan maha rahim dan maha belas kasih sehingga tidak akan memperhitungkan dosa leluhur sebagai kutuk bagi keturunannya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan St. Matius berdasarkan silsilah Yesus dapat dilihat bahwa leluhurnya tidak semua kudus dan berlaku baik.
Artinya bahwa yang dipilih Allah untuk menjadi leluhur Yesus bukan leluhur yang sempurna.
Dengan bahasa lain, pohon keluarga Yesus bukanlah pohon keluarga yang sempurna. Maka kiranya Tuhan tidak mengutuk seseorang karena dosa leluhur.
Bagaimana dengan aku?
Apakah saya yakin bahwa saya adalah seorang pribadi tanpa mewarisi dosa leluhur yang menjadi kutuk bagi saya?