Minggu Biasa II
Bacaan I: 1Sam. 3: 3b-10. 19
Bacaan II: 1Kor. 6: 13c-15a. 17-20
Injil: Yoh. 1: 35-42
SEORANG keponakan setiap hari rajin memilah sampah. Sampah-sampah plastik, kertas dan dus dipilah disendirikan. Esok pagi sampah-sampah itu diberikan kepada pemulung yang lewat.
Setelah beberapa hari, pemulung itu datang membawa keranjang bambu dan mencari keponakan.
Pemulung itu memberikan keranjang bambu untuk menampung sampah yang sudah dipilah.
Keponakan ternyata tidak hanya memilah sendiri tetapi juga mengajar orang-orang di rumah dan beberapa tetangga. Maka sejak itu, di depan rumah beberapa warga ada keranjang bambu yang berisi sampah yang sudah dipilah.
Saya penasaran dengan apa yang dilakukan oleh keponakan. Maka ketika bertemu dengan dia saya bertanya: “Kenapa kamu punya gagasan untuk memilah sampah dan memberikan kepada pemulung?”
“Pakde, 2 bulan yang lalu saya live in di tempat pemulung. Tiap hari saya ikut pemulung mencari barang-barang yang bisa dijual. Saat keliling mencari barang-barang, saya ingat kalau di rumah sering kali banyak barang-barang yang seperti ini menjadi sampah. Jadi saya berniat kalau pulang akan memilah sampah.
Jadi setelah saya pulang langsung memilah sampah, dan mengajak orang rumah untuk membuang sampah dengan terpisah. Setelah itu saya mengajak teman-teman di sekitar rumah untuk memilah sampah juga,” dia menerangkan.
Pengalaman tinggal bersama pemulung memberikan kesan yang amat mendalam pada keponakan saya. Kesan yang mendalam membuat dia melakukan sesuatu yang positif; ada perubahan cara pandang dalam hidupnya.
Sebagaimana pengalaman dua murid Yohanes yang mengikuti Yesus sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes; mereka berdua mengalami pengalaman yang mendalam.
Pengalaman yang mendalam itu menghantar pada pengenalan akan mesias. “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).”
Bagaimana dengan aku?
Adakah pengalaman mampu mengubah hidupku ke arah yang lebih baik?