- Bacaan I: 1Raj. 2: 1.6-14
- Injil: Mat. 6: 1-6.16-18
HIDUP beragama dan penghayatan iman ada di ranah pribadi. Bagaimana seseorang menghayati imannya, menjalankan kewajiban agamanya adalah urusan pribadi seseorang; karena hal itu menyangkut hubungan seseorang dengan Allah yang diimaninya.
Iman harus diungkapkan dan diwujudkan.
Doa-doa, peribadatan dan semacamnya adalah ungkapan iman; sedangkan buah-buah pengahayatan iman seperti cinta kasih, ketaatan pada tatanan moral dan hukum yang terungkap dalam perilaku hidup sehari-hari adalah perwujudan iman.
Penghayatan iman dengan ungkapan dan perwujudannya seharusnya dan selayaknya selalu ada pada ranah pribadi.
Persoalannya sesuatu yang ada pada ranah pribadi adalah sesuatu yang tersembunyi tidak bisa dilihat dan dinilai oleh orang lain.
Apa yang dapat dirasakan dan dinilai oleh orang lain, atau sesuatu yang nampak adalah buah-buah dari pengahayatan iman tersebut.
Sebagaimana tanaman, untuk bisa menikmati buahnya membutuhkan waktu yang amat panjang.
Banyak orang seringkali terjebak untuk segera mendapatkan penilaian yang baik atas penghayatan iman, sehingga orang meletakkan penghayatan iman yang seharusnya dan selayaknya ada pada ranah pribadi, diletakan pada ranah publik.
Sementara buah penghayatan iman itu belum ada. Apa yang harus dinilai?
Karena buah penghayatan iman belum ada, maka orang mempertontonkan penghayatan imannya.
Orang mempertontonkan cara berpakaian yang agamis supaya nampak bahwa dengan pakaian itu ia adalah orang yang tekun dan setia dalam mengungkapkan imannya.
Orang mempertontonkan tindakan-tindakan kesalehan agar nampak bahwa dirinya orang yang tekun dan setia dalam mewujudkan imannya.
Dengan semua itu orang membangun dan memoles citra diri, menjadi sosok beriman yang luar biasa. Dan sering kali terjadi orang terjebak menempatkan diri pada diri pencitraan tersebut.
Tanpa sadar merasa dirinya sungguh-sungguh seperti diri yang dibangun dan dipoles itu.
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Matius mengkritik praktek penghayatan iman seperti itu: “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di depan orang, supaya dilihat.”
Adakah aku bagian dari orang-orang yang terjebak itu?