Renungan Harian 18 Juni 2020: Penyembuhan

0
398 views
Ilustrasi - Album tanpa foto --simbol pengampunan by ist

18 Juni 2020
Bacaan I: Sir. 48: 1-4
Injil: Mat. 6: 7-15


KETIKA saya bertugas di sebuah paroki, ada seorang ibu yang selalu menyapa saya dan berbicara dengan saya menggunakan bahasa Jawa yang halus.

Ibu itu yang kemudian saya sapa dengan sebutan eyang, selalu memancarkan wajah yang cerah, nampak selalu bahagia. Meski usia sudah sepuh namun kecantikannya tetap memancar.

Setiap kali bertemu, eyang mengundang saya untuk main ke rumahnya: “Pun tengga romo rawuhipun wonten gubug kula.“ (romo ditunggu ya main ke rumah saya) itu kalimat yang selalu diucapkan.
 
Hari itu ketika bertemu aku matur (bilang) ke eyang: “Eyang menawi longgar lan wonten dhanganing penggaling, mbejang sonten dalem badhe sowan.” (Eyang kalau longgar saya besok sore, saya mau ke rumah.” Eyang dengan wajah yang gembira mengatakan bahwa dia menunggu.
 
Sore itu aku  tiba di rumah eyang dan disambut dengan amat ramah. Di rumah eyang berkumpul pula keluarga putri satu-satunya dengan 3 orang anaknya. Rumah eyang tertata rapi dan asri, menampakkan kemampuan menata rumah dengan luar biasa.

Beberapa foto keluarga terpajang dengan indah di dinding dan  di beberapa tempat. Ada foto seorang gadis jawa cantik berkebaya dan itu adalah foto eyang waktu masih muda.
 
Saat makan, kami berbincang dengan seluruh anggota keluarga. Saat itu saya tahu bahwa eyang tinggal sendirian ditemani asisten rumah tangga, sedangkan keluarga putrinya tinggal di rumah lain, tetapi tetap dalam kota yang sama. Perbincangan meriah, karena eyang cerita hal-hal lucu di masa lalu.
 
Sesaat kemudian saya bertanya tentang keanehan di rumah itu: “ Eyang, maaf kok saya lihat foto-foto di rumah ini tidak ada foto eyang kakung?”

Putrinya tertawa dan eyang tersenyum mendengar pertanyaan saya. “Wis dhahar dhisik, mengko eyang ndongeng,”jawabnya. (makan dulu nanti saya cerita)
 
Di teras belakang dengan taman yang indah eyang bercerita:

Sewaktu kuliah, eyang berpacaran dengan seorang laki-laki yang ganteng dan baik. Kami merencanakan kalau sudah bekerja dan mapan kami akan menikah.

Setelah lulus kuliah dan bekerja, karena kelalaian kami, eyang hamil sebelum kami menikah. Pada saat saya memberi tahu keadaan saya, dia minta saya menggugurkan, dengan alasan belum siap, menjaga harga diri serta martabat dia dan keluarga.

Nanti kalau sudah siap kita pasti nikah kata dia meyakinkan saya.

Pada saat itu saya amat marah, sedih dan benci dengan dia. Saya berjanji dengan diri sendiri akan membesarkan anak ini dan tidak akan pernah menikah dengan dia.

Memang beberapa hari kemudian, dia dan keluarganya datang untuk menikahkan kami, tetapi saya tidak mau, saya muak melihat dia.
 
Saya keluar dari pekerjaan sampai melahirkan. Hidup saya menjadi kacau, karena saya dendam luar biasa dengannya. Beberapa kali saya bekerja di perusahaan, saya harus mengundurkan diri karena saya tidak bisa maksimal.

Sampai suatu kali saya merenungkan hidup saya, hidup saya telah dirusak oleh dia, dan sekarang saya merusak hidup saya sendiri dengan dendam yang luar biasa.

Sampai malam itu saat saya doa Bapa Kami sampai pada kata-kata “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami” saya bercucuran air mata.

Saat itu saya mohon ampun pada Tuhan dan saya berjanji untuk mengampuni dia.
 
Mukjizat bagi saya, malam itu saya tidur dengan nyaman, belum pernah saya mengalami selama ini. Esok hari saya dapat panggilan kerja dan saya diterima.

Entah karena apa, mulai saat itu saya begitu semangat menjalani hari-hariku, dan si kecil juga kelihatan ceria dan menyenangkan. Hidup saya menjadi berubah.
 
Beberapa hari kemudian mantan pacar ingin bertemu, dan entah mengapa saya tidak merasa benci dan mau untuk bertemu.

Kemudian saya tahu bahwa hidupnya juga kacau. Dia meminta maaf dan saya dengan damai memberikan maaf itu.
 
Romo, mukjizat besar, sejak saya memutuskan untuk mengampuni, saya hidup damai dan bahagia sampai sekarang dan yang luar biasa sejak pertemuan itu, hidup mantan pacar juga baik dan damai dengan keluarganya.
 
Itu romo, dongeng eyang, kenapa tidak ada foto eyang kakung di rumah ini.

Eyang mengakhiri ceritanya yang panjang.
 
Dari cerita eyang, saya belajar tentang kekuatan daya pengampunan. Pengampunan bukan saja mengubah hidup orang yang diampuni tetapi juga mengubah hidup orang yang mengampuni. Daya pengampunan memberikan hidup baru dan kebahagiaan.
 
Rahmat dan kekuatan untuk mengampuni selalu tercurah dalam diriku, tetapi apakah aku mau dan mampu menggunakan rahmat itu?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here