Bacaan I: Yeh. 34: 1-11
Injil: Mat. 20: 1-16a
PADA saat perayaan ekaristi ulang tahun imamat Romo Liemyarta, imam diocesan Keuskupan Bandung paling senior, dalam kotbahnya ia mengatakan sebagai berikut: “Sakramen imamat adalah satu-satunya sakramen yang diterima seseorang untuk orang lain.”
Beliau menegaskan bahwa seseorang yang menerima tahbisan imamat (menerima Sakramen Imamat) sakramen yang diterimanya pertama dan utama adalah demi keselamatan orang lain. Bukan pertama-tama untuk dirinya sendiri.
Oleh karenanya, orang yang menerima Sakramen Imamat harus selalu berjuang agar dirinya semakin menjadi berkat bagi orang lain.
Hal yang senada disampaikan Pater Cantalamessa dalam retret para imam.
Beliau menyampaikan bahwa pada saat Doa Syukur Agung, ketika imam mengangkat Tubuh Kristus dan mengatakan: “Terimalah dan makanlah inilah tubuh-Ku yang dikorbankan bagimu/” para imam bukan hanya mengenangkan dan mengulang kata-kata Tuhan. Skan tetapi para imam juga sungguh-sungguh mengatakan itu kepada umat Allah.
Para imam seharusnya memberikan dirinya sepenuhnya bagi umat Allah yang dipercayakan dalam pelayanannya.
Merenungkan hal itu. betapa membutuhkan perjuangan panjang untuk sampai di sana. Karena dalam kenyataan, banyak umat yang masih menyampaikan keluhan tentang pelayanan dari kami para imam.
Banyak kritik yang muncul mempertanyakan totalitas pemberian diri para imam dalam pelayanan. Banyak yang prihatin dengan perilaku kami para imam yang menjadi penikmat sarana yang tersedia dan bahkan meminta fasilitas lebih untuk kenyamanan.
Maka tidak heran kalau sering kali terdengar kritik yang sarkas: “Setelah jadi imam kok seperti “kere munggah bale”. Bak orang miskin yang tiba-tiba bisa menikmati kelimpahan.
Kritik yang pedas itu kurang lebih berarti seseorang yang sebelumnya tidak punya apa-apa lalu hidup dengan fasilitas yang lebih lalu lupa diri.
Perilaku kami yang salah dan jauh dari martabat imamat kami ini bukan hanya melukai hati umat Allah. Tetapi juga melukai citra banyak imam yang begitu luar biasa menghayati rahmat tahbisan dengan memberikan hidupnya untuk umat yang dipercayakan padanya.
Teguran Tuhan Allah kepada para gembala Israel sejauh diwartakan Yehezkiel adalah teguran Allah bagi kami yang telah menerima anugerah besar sakramen imamat.
“Gusti, nyuwun welas, nyuwun sih palimirma Dalem” itu doaku. (Tuhan mohon ampun, mohon belas kasih-Mu)
Umat Allah ampuni kami para imam yang sering lupa diri dan doakan kami para imam yang lemah dan berdosa ini agar selalu berjuang untuk menjadi lebih layak.