Hari Minggu Biasa XVI
Bacaan I: Keb. 12: 13.16-19
Bacaan II: Rom. 8: 26-27
Injil: Mat. 13: 24-43
DI suatu pagi saya kedatangan tamu seorang bapak. Setelah sedikit berbasa-basi, bapak itu mengatakan bahwa dirinya ingin cepat dipanggil Tuhan. Seluruh aktifitas pengelolaan bisnisnya sudah diserahkan kepada isteri, anak dan menantunya.
Bapak itu sudah tidak mau lagi mengurus bisnisnya, satu hal yang diharapkan dirinya ingin cepat dipanggil Tuhan.
Bapak itu cerita bahwa dirinya selama ini hidup penuh dengan dosa. Dalam berbisnis penuh dengan liku-liku yang mau tidak mau menjurus ke dosa. Dosa yang paling besar yang disadari dan dirasakan adalah suka “bermain perempuan”.
Sudah banyak perempuan yang menjadi “korbannya”. Beliau mengakui dengan jujur tidak tahan bila melihat perempuan.
Sekarang, Bapak itu sudah bertobat dan tidak ingin jatuh dalam dosa lagi. Akan tetapi godaan itu selalu mengganggu dan mengganggu. Agar dirinya tidak jatuh dalam dosa yang sama lagi, beliau telah menceritakan semua “kelakuannya” kepada isterinya, dan sudah minta ampun pada istri dan keluarganya.
Beliau takut jatuh dalam godaan yang sama, maka beliau banyak menghabiskan waktu di rumah.
Beliau tidak berani keluar rumah sendirian, selalu minta ditemani isetri, anak atau minimal sopirnya.
Bapak itu merasakan begitu dirinya bertobat dan menjauhi hal-hal yang membuat dirinya jatuh dalam dosa lagi, godaan semakin hebat.
Bahkan beliau merasakan hal-hal yang dulu tidak menjadi soal sekarang sungguh-sungguh dirasakan menjadi godaan. Karena itu beliau berharap agar secepatnya dipanggil agar tidak jatuh dalam dosa lagi.
Bapak itu berkeluh kesah, kenapa ketika dirinya bertobat justru merasa tantangan hidupnya menjadi semakin hebat dan semakin sulit.
Tidak jarang dirinya merasa seperti sendirian di tengah lautan godaan.
Pengalaman bapak itu dan kiranya pengalaman semua orang yang berjuang untuk hidup semakin baik, godaan dan tantangan hidup menjadi berat. Semakin maju dalam kebaikan semakin besar pula tantangan dan godaan.
Pengalaman yang demikian itu digambarkan dengan perumpamaan benih lalang yang ditaburkan di ladang gandum.
Kekuatan-kekuatan roh jahat masih tetap dan selalu membayangi orang-orang yang mau berbalik ke pada Tuhan, orang-orang yang berjuang untuk hidup semakin baik dan semakin dekat dengan Tuhan.
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Matius meneguhkan kita, bahwa diri kita diajak untuk semakin menjadi diri sendiri, menyadari bahwa diri kita adalah benih yang baik, dan tumbuh dengan baik sehingga sampai saatnya dapat dipanen hasilnya.
Kita tidak diutus untuk mengenyahkan kejahatan itu, karena itu menjadi Karya Allah, sedang kita dalam perjuangan untuk menjadi semakin baik, diajak untuk menyadari diri bahwa kita ada dalam naungan yang kuasa.
Mereka yang bertahan sampai akhir akan disebut sebagai orang-orang benar yang bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Allah.
Akankah aku bercahaya seperti matahari?