Renungan Harian 19 Mei 2020: Berdaya

0
453 views
Ibu yang berdaya by ist
  • Bacaan I: Kis. 16: 22–34.
  • Injil: Yoh. 16: 5–11.

SEORANG ibu dengan tiga orang anak yang masih kecil, mengalami duka cita yang mendalam karena suami tercinta dipanggil Sang Khalik. Dunia seolah runtuh, dicekam duka, ketakutan, kekhawatiran, kecemasan yang bercampur aduk. Tidak tahu apa dan bagaimana hidup selanjutnya.
 
Selama ini ia hanya mendukung suami yang menjalankan bisnis. Jatuh bangun telah dialami bersama. Di saat semua sudah mulai berkembang dan keberhasilan mulai nyata; tiba-tiba suami sakit cukup parah hingga akhirnya menghadap Allah dan Bapanya.
 
Seluruh harta sudah digunakan untuk usaha kesembuhan suami. Sekarang ia harus melanjutkan hidup dengan tiga orang anak yang masih kecil, dengan kebutuhan biaya hidup yang tidak sedikit. Dalam duka sempat terpikir, yang pergi sudah damai, tetapi yang ditinggal yang tidak damai. Semua jadi Gelap.
 
Berhari-hari bahkan berminggu-minggu harus bergulat dengan segala macam kekacauan dan tidak tahuan harus bagaimana. Sedih, marah dan stress itu yang dirasakan.
 
Lalu kesadaran mulai tumbuh, hidup harus jalan terus, dan semua beban harus ditanggungnya. Sekarang harus berdiri kuat dan berjuang hebat. Sandaran dan teman seperjalanan sudah tidak ada, maka harus bisa sendiri.
 
Entah daya dari mana, tetapi disadari bahwa itu adalah rahmat Tuhan. Ibu itu kemudian bisa menjalankan bisnis lagi, dan bahkan mengembangkan bisnisnya. Seluruh tanggungan dapat diselesaikan dengan baik. Pertumbuhan anak-anak tidak terganggu, bahkan menjadi lebih baik.
 
Kini ibu itu menjadi luar biasa.Maaf. Justru ketika suami sudah dipanggil, daya kemampuan ibu menjadi nampak, dan kehebatannya memancar. Orang melihat bagaimana ibu itu menjadi luar biasa; kendati sendiri tapi bisnisnya menjadi jauh lebih maju dan luar biasa. Semua berkat Tuhan, itu yang selalu ia katakan.
 
Tuhan bersabda: ”Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau aku tidak pergi, penghibur itu tidak akan datang kepadamu”.

Para Murid; ketika masih bersama dengan Yesus; selalu mengikuti dan menikmati kebersamaan dengan Yesus. Maka ketika Yesus pergi, para murid justru didorong untuk berani bersaksi akan pengalaman dengan Yesus.
 
Ketika ditinggalkan maka daya-daya anugerah yang ada pada para murid memancar dan mengalir. Itulah daya-daya Roh Penghibur yang dianugerahkan. Roh Penghibur itu membuka “pintu” dan menghidupkan daya-daya yang ada.

Aku pun mendapatkan anugerah daya-daya yang luar biasa. Persoalannya adakah aku membiarkan Roh Penghibur itu membuka “pintu” dan menghidupkan daya-dayaku atau tidak? Dan yang paling penting, apakah aku mau bekerjasama dengan Roh Penghibur untuk meggunakan daya-daya yang ada padaku?

Sikap aktif dan tanggap itulah yang dibutuhkan dariku.
 
Iwan Roes RD

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here