Renungan Harian 2 November 2020: Misa Requiem

0
2,083 views
Ilustrasi - Sedih dan sendiri. (Ist)


Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman
Bacaan I: 2Mak. 12: 43-46
Bacaan II: 1Kor. 15: 12-34
Injil: Yoh. 6: 37-40
 
PADA suatu kali, saya mengikuti misa requiem seorang kenalan yang telah dipanggil Tuhan. Perayan Ekaristi hari itu dipersembahkan oleh empat orang imam, dan umat yang hadir cukup banyak sehingga rumah duka itu penuh.

Memang keluarga dari yang dipanggil adalah seorang yang cukup berada dan selalu menjadi donatur untuk gereja.
 
Saya duduk di belakang, karena saya datang agak mepet dengan dimulainya Perayaan Ekaristi. Di sebelah saya duduk seorang bapak yang sudah sepuh, memakai kemeja putih yang sudah tua pula.

Sepanjang Perayaan Ekaristi, bapak tua itu kelihatan begitu sedih, dan beberapa kali kelihatan menyeka air mata.

Saya menduga beliau ini kerabat atau sahabat dari yang meninggal. Saya tidak mengenal bapak tua itu, tetapi bapak itu tahu kalau saya seorang imam karena beberapa umat menyapa saya.
 
Setelah misa selesai sementara ada sambutan-sambutan bapak itu bertanya: “Romo, almarhum ini pasti masuk surga ya?”

Saya terkejut mendengar pertanyaan itu. “Lho, memang kenapa? Bapak keluarganya dan kenal baik? Sehingga yakin beliau masuk surga?,” tanya saya.

“Iya saya pikir almarhum pasti masuk surga karena, sejak beliau meninggal, sampai sekarang hari ke-4 setiap hari ada misa untuk beliau. Bahkan yang misa romonya selalu lebih dari satu,” jawab bapak itu.

Saya terdiam.
 
“Romo, kalau saya nanti meninggal, saya sulit masuk surga. Saya orang miskin romo, boro-boro saya menyumbang Gereja seperti keluarga ini, saya malah selalu disumbang oleh gereja. Keluarga saya tidak mungkin mengundang romo, apalagi romonya banyak, kami tidak mampu.”

“Untuk orang seperti saya ini, mengundang romo sulit. Saya sedih, karena tidak ada romo yang misa untuk saya, jadi saya akan sulit masuk surga. Seandainya saya punya uang ya romo,” kata bapak itu sambil mengusap air matanya.
 
Saya amat terpukul mendengar apa yang dikatakan bapak itu. Amat sulit untuk menjelaskan kepada bapak itu tentang apa yang sedang bergolak dalam hatinya.

Bapak itu menceritakan apa yang selalu dilihat dan dirasakan, bukan bermaksud untuk mengkritik kami para imam.

Saya bisa merasakan apa yang dirasakan bapak itu, saya amat sedih.
 
“Bapak, seseorang masuk surga atau belum, tidak tergantung berapa kali diadakan misa untuk jenazahnya dan juga berapa banyak imam yang mempersembahkan misa. Bahkan juga tidak tergantung apakah ada misa atau tidak. Semua tergantung pada hidup kita dan iman kita pada Tuhan Yesus. Bapak jangan kuatir, nanti kalau saatnya tiba, bapak pasti ada yang mengurus.” kataku menghibur, meski saya tahu kata-kataku tidak berguna.
 
Saya amat sadar, ada banyak orang yang merasakan kekhawatiran seperti bapak tadi. Dan betapa menyedihkan mereka yang merasakan seperti itu.

Saya berkeyakinan Tuhan pasti mendengarkan keluhan mereka. Satu hal yang penting adalah menyadarkan bahwa keselamatan seseorang tidak tergantung betapa agung dan meriahnya upacara penghormatan terakhirnya, tetapi tergantung pada imannya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan St. Yohanes: “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
 
Adakah aku terpukau dengan gebyar upacara penghormatan terakhir ataukah lebih terpukau pada bagaimana imanku pada-Nya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here