- Bacaan I: Kis. 17:15.22–18:21
- Injil: Yoh. 16: 12–15
ADA seseorang yang terbukti bersalah, baik secara hukum positif (hukum yang berlaku), maupun secara moral. Karena ada upaya perdamaian, maka orang itu tidak harus menjalani hukuman.
Karena melihat potensi yang besar dalam diri orang itu, maka pimpinannya mengupayakan “rehabilitasi”, agar apa yang terjadi tidak terulang. Dia dikirim ke tempat rehabilitasi yang terbaik, untuk didampingi agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Ada ahli psikologi kepribadian dan klinis, ada ahli psikospiritual dan juga ahli spritualitas, yang mendampingi dan membantunya.
Namun apa yang terjadi, rekomendasi dari para ahli itu menyebutkan, bahwa orang ini tidak bisa dibantu dan sulit untuk berubah, karena dia tidak pernah merasa bersalah.
Orang ini amat pandai, sehingga semua bantuan yang diberikan ditolaknya. Akibat yang terjadi bisa diduga, bahwa orang itu jatuh dalam kesalahan yang sama, dan menyebabkan korban yang lebih banyak.
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Yohanes mengatakan:
”Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran”. Jelas dari sabda itu, bahwa Roh kebenaran akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran.
Roh kebenaran dapat memimpin ku kepada seluruh kebenaran, kalau aku mau dipimpin. Agar aku bisa dipimpin aku harus mampu mengosongkan diri. Pengosongan diri menurut hematku terjadi, ketika aku berani dengan jujur mengakui siapa sesungguhnya diriku, berani melepaskan semua topeng dan pulasan yang ada padaku.
Sering aku menyebut diriku sebagai pendosa yang dipanggil, tetapi ternyata hanyalah slogan saja (spritualitas nebeng). Kesadaranku sebagai pendosa masih dalam tataran pengertian, belum dalam tataran kesadaran batin.
Jika demikian aku pasti resisten dengan Roh Kebenaran yang memimpinku pada seluruh kebenaran. Aku punya kebenaranku sendiri, yang berbeda dengan kebenaran Roh Kebenaran.
Kesadaran diri yang jujur akan siapa diriku, menjadi syarat agar aku mudah dituntun oleh Roh Kebenaran.
Iwan Roes RD.