Bacaan I: Mal. 3: 1-4; 4: 5-6
Injil: Luk. 1: 57-66
ADA seorang teman saya, nama panggilannya Ugi, dan semua orang mengenal dengan Ugi.
Ugi adalah nama panggilan sedang nama lengkapnya adalah Tugino. Saya sering mengejek dia (maaf kami biasa saling mengejek bukan bullying), nama kampung Tugino sedang nama kota Ugi.
Dia selalu tertawa setiap kali saya ngomong begitu. Bahkan dia kalau memperkenalkan diri selalu mengatakan nama kampung Tugino sedang nama kota Ugi.
Saya pernah bertanya kepadanya:
:Gi, kenapa namamu kesannya “ndesa” banget sih, sementara nama adik-adikmu bagus-bagus?”
“Wan, kata bapak, nama saya sebenarnya Akbar Widhi Nugroho Bhayangkara Nagari. Wan, kata bapak, nama itu adalah dan harapan orangtua pada anaknya.
Maka dengan nama itu bapak bersyukur atas kelahiran saya sebagai anak pertama dan laki-laki maka diberi nama Akbar Widhi Nugroho, yang artinya anugerah Allah yang besar.
Sedang harapan bapak kelak kalau sudah besar saya bisa menjadi penjaga negara.
Nah, entah kenapa sejak lahir saya selalu sakit-sakitan. Berkali-kali dibawa ke dokter tetapi tidak pernah menjadi sembuh benar.
Kata bapak, paling lama dua hari saya sehat terus sakit lagi. Dokter sampai bingung ada apa dengan saya. Lalu ada orang tua yang mengatakan bahwa saya keberatan dengan nama, maka diusulkan agar nama diganti yang amat sederhana. Maka saya diberi nama Tugino, karena lahir pada hari Setu Legi. (Tugino: Setu Legi ono).
Jadilah namaku Tugino. Sejak namaku diganti percaya atau tidak saya selalu sehat sampai sekarang; belum pernah saya sakit sampai harus ke dokter. Paling masuk angin, flu, atau sakit perut dan obatnya hanya dikeroki pasti sembuh. Dan yang paling penting dengan nama itu aku merasa mendapatkan banyak berkat,” Ugi menjelaskan.
Sastrawan besar Shakespeare mengatakan:
“That which we call a rose by any other name would smell as sweet.” (Apalah arti sebuah nama, andaikata memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi).
Nama adalah doa dan harapan yang disematkan pada seorang anak. Hampir semua orang tidak akan asal-asalan memberikan nama pada anaknya. Meski bisa terjadi seperti Ugi, tetapi doa dan harapan orang tuanya tetap sebagaimana nama awal yang diberikan kepadanya.
Seperti ungkapan Shakespeare di atas.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sebagaimana diwartakan st. Lukas, semua orang heran dan bertanya akan menjadi seperti apa anak ini kalau besar karena melihat berkat Tuhan yang menyertai kelahiran Yohanes.
“Menjadi apakah anak ini nanti? Sebab tangan Tuhan menyertai Dia.”
Bagaimana dengan aku?
Adakah aku mensyukuri anugerah nama yang diberikan orang tuaku sebagai doa dan harapan mereka?
Melalui renungan-harian sesawi.net, kita semakin didewasakan dalam mengimani Kristus Yesus.