Renungan Harian 23 Januari 2021: Waras

0
883 views
Iustrasi - Menjadi tidak waras dan edan. (Ist)


Bacaan I: Ibr. 9: 2-3.11-14
Injil: Mrk. 3: 20-21
 
BEBERAPA waktu yang lalu saya bertemu dengan seorang kawan yang sudah lama tidak bertemu. Terakhir bertemu pada masa Orde Baru. Pada masa itu, ia bekerja di sebuah BUMN dan sudah mempunyai kedudukan. Maka ketika saya bertemu, saya langsung menyapa: “Wah, mimpi apa, saya  dapat kunjungan seorang pejabat.”

“Penjahat kali, bukan pejabat,” jawabnya.
 
“Aku sudah lama keluar dari tempat kerjaku dulu. Sekarang aku kerja sendiri, wiraswasta kecil-kecilan,” katanya.

“Lho memang ada apa? Bukannya kamu sudah mapan waktu itu?,” tanyaku.

“Aku tidak tahan dan memang di situ bukan tempatku.”
 
“Wan, kalau aku kerja untuk hidup enak dan kaya memang itu tempatnya. Tetapi kalau aku mau hidup tenang, tenetram dan benar itu bukan tempatnya. Kerja di tempat itu banyak hal sungguh-sungguh tidak sesuai dengan nuraniku. Kalau kerja bener di tempat itu, jadi orang aneh, bahkan terang-terangan teman-teman menyebut aku orang tidak waras. Sampai aku sendiri bingung, sebenarnya siapa yang tidak waras.
 
Benar kata pujangga kalau memasuki zaman edan, memang harus edan, kalau tidak edan malah jadi aneh dan dianggap tidak waras. Semua teman-temanku itu sadar lho Wan, kalau apa yang terjadi itu salah.

Tetapi mereka mengatakan kalau mau hidup ya harus edan, kalau tidak edan maka tidak hidup. Dan itu benar Wan, kalau tidak ikut edan, akan disingkirkan atau kalau dia bertahan akan edan beneran (hilang ingatan).

Mereka menikmati menjadi orang edan jadi-jadian sampai akhirnya mereka sendiri tidak sadar lagi bahwa yang dilakukan itu salah. Peraturan tidak tertulis dan yang berlaku seperti itu.
 
Aku tidak mau edan Wan, aku masih eling (sadar) dan aku tidak mau terjebak menjadi orang edan jadi-jadian itu. Maka aku keluar dan usaha sendiri. Memang awalnya amat sulit, tetapi dalam kesulitan itu aku lebih damai, lebih tentram dan bahagia.”

Ia menceritakan kisahnya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Markus, Yesus dianggap gila oleh banyak orang justru karena Dia mewartakan kebenaran baik lewat sabda maupun hidup-Nya.

Di dunia yang sudah menganggap yang salah sebagai kebenaran, maka ketika Dia mewartakan kebenaran menjadi aneh dan salah.

“Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka: “Ia tidak waras lagi.”
 
Bagaimana dengan aku? Apakah aku mampu dan berani untuk menjaga kewarasanku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here