Bacaan I: Ef. 4: 1-6
Injil: Luk. 12: 54-59
DI sebuah paroki, dibentuk kelompok koor gabungan, yaitu menggabungkan beberapa kelompok koor lingkungan.
Selama ini, kelompok-kelompok koor lingkungan yang melayani setiap kali perayaan ekaristi. Namun sering kali ada kesulitan untuk menentukan kelompok koor mana yang dapat melayani hari-hari besar, seperti Natal, Paskah atau perayaan khusus.
Beberapa kelompok koor saat diminta untuk melayani pada hari besar sering kali keberatan karena jumlah anggota koornya sedikit.
Dengan pertimbangan di atas, maka dibentuk kelompok koor gabungan; akan tetapi tidak berarti meniadakan kelompok-kelompok koor lingkungan.
Dan terjadilah, terbentuk kelompok koor gabungan.
Setelah diadakan latihan beberapa kali, ada beberapa yang mengusulkan agar beberapa orang dari lingkungan tertentu yang belum ikut diajak untuk bergabung karena orang-orang itu suaranya bagus.
Atas usul tersebut koordinator koor paroki mencoba menghubungi orang-orang yang bersangkutan. Beberapa yang dihubungi mengatakan mau bergabung asal bapak itu ikut bergabung.
Berdasarkan hal tersebut koordinator koor menghubungi bapak yang dimaksud karena beliau orang kunci dari lingkungan tersebut.
Ternyata, bapak tersebut tidak bersedia bergabung karena alasan kesibukan kerja dan mengurus rumah tangga.
Koordinator koor meminta saya sebagai pastor untuk menghubungi beliau dengan harapan kalau pastor yang menghubungi beliau akan mau.
Suatu malam saya berkunjung ke rumah bapak itu untuk meminta agar beliau dan beberapa orang di lingkungannya mau bergabung.
Dalam pembicaran beliau menyatakan bahwa dirinya dan teman-teman di lingkungannya mau dengan senang hati bergabung namun dengan syarat.
Ada dua syarat yang diminta, pertama, dalam kelompok koor gabungan itu tidak ada orang-orang yang beliau sebut, dan kedua pelatihnya bukan orang itu
Saya pulang dengan sedih dan galau memikirkan syarat yang diajukan bapak itu. Apakah koor gabungan ini harus mengeluarkan tujuh orang anggotanya demi bergabungnya 3 atau 4 orang dari lingkungan bapak tersebut?
Sementara tujuh orang ini orang-orang yang rajin latihan dan selalu komit. Haruskah kelompok koor gabungan ini mengganti pelatih demi 3-4 orang dari lingkungan bapak tersebut?
Sementara pelatih ini orang yang sabar, dan diterima oleh semua anggota kelompok koor gabungan yang ada.
Peristiwa di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak peristiwa tentang kubu-kubu dalam sebuah paroki yang menjurus pada perpecahan.
Bahkan peristiwa ekstrem di mana satu kelompok tidak mau ikut ekaristi selama orang itu, atau orang-orang itu masih ikut ekaristi.
Betapa sulit untuk mengatakan Gereja adalah satu tubuh, ketika kubu-kubu itu masih selalu membayangi.
Sebagaimana kata St. Paulus dalam suratnya kepada umat Efesus: “Hendaklah kalian selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu.
Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera.”
Pertanyaan besar bagiku apakah aku membawa roh pemersatu atau roh pemecah belah?