Home BERITA Renungan Harian 24 Desember 2020: Sepi

Renungan Harian 24 Desember 2020: Sepi

0
Natal. (Ist)


(Misa Pagi)
Bacaan I: 2Sam. 7: 1-5. 8b-12. 16
Injil: Luk. 1: 67-79
 
BANYAK orang bertanya, kita akan Natalan atau tidak? Suasana tidak seperti Natal. Gereja yang biasanya tiap malam penuh dengan mereka yang berlatih koor, misdinar, dan petugas liturgi sekarang sepi tidak ada kegiatan.

Beberapa orang mengeluh karena di parokinya jumlah umat dibatasi sehingga  banyak yang tidak bisa ikut perayaan ekaristi malam Natal.
 
Beberapa orang bertanya, di gereja ada gua natal atau tidak? Akan ada hiasan natal atau tidak. Beberapa orang mengeluh: “Wah malam Natal nanti sepi ya, umat dibatasi, sehabis misa tidak bisa berkumpul harus langsung pulang. Wah Natal yang tidak seru.”
 
Natal tahun ini masih dibayangi penyebaran virus covid 19 yang semakin meningkat tajam. Banyak aturan ketat diterapkan untuk mencegah penyebaran virus, juga agar gereja saat perayaan Natal tidak menjadi cluster baru penyebaran virus.
 
Bagi saya pribadi kenyataan perayaan natal tahun ini bukan saja terasa sepi tetapi lebih dari itu, menyedihkan.

Virus covid 19 sudah merenggut banyak nyawa sehingga banyak orang yang kehilangan anggota keluarga.

Dan kesedihan yang mendalam semakin terasa ketika mendengar berita satu persatu orang yang saya kenal amat baik dan dekat telah dipanggil Tuhan akibat terpapar virus ini.

Pertanyaan yang muncul adalah apa yang akan kurayakan di Hari Natal ini?
 
Kiranya apa yang akan kurayakan pada natal ini adalah harapan. Aku akan merayakan harapan akan sebuah tatanan yang baru, yang terbebas dari virus ini, boleh beraktifitas dengan lebih nyaman tanpa bayang-bayang kekhawatiran.

Aku tidak akan berpikir harapan itu akan terjadi dalam waktu satu atau dua bulan atau satu tahun, tetapi aku yakin dalam harapan bahwa dunia yang baru akan terjadi.

Semoga kerinduan akan dunia yang baru, yang lebih aman dan nyaman menjadi kekuatan untuk selalu berharap.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan St. Lukas meneguhkan harapan itu. Harapan akan cinta dan belas kasih Allah.

Harapan bahwa Allah tidak akan meninggalkan dan membiarakan umatNya menderita. “Surya pagi dari tempat tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.”
 
Bagaimana dengan aku?

Akankah aku tekun dan setia dalam pengharapan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version