Bacaan I: Yer. 3: 14-17
Injil: Mat. 13: 18-23
BEBERAPA waktu yang lalu, saya menerima tamu sepasang suami istri yang sudah sepuh.
Saya mengenal bapaknya karena beliau cukup dikenal; beliau adalah Guru Besar di sebuah Perguruan Tinggi yang terkenal.
Dalam perjumpaan itu mereka berdua kelihatan begitu sedih. Setelah berbasa basi sebentar, bapak memulai pembicaraan.
“Romo, mohon jangan melihat saya sebagai seorang profesor, tetapi lihatlah saya sebagai salah satu umat romo. Romo, saya ingin konsultasi berkaitan dengan hidup kami sebagai orangtua. Kami merasa gagal romo.”
Bapak itu mulai bicara.
Tentu saya amat terkejut dengan pernyataan awal beliau. Karena sejauh saya tahu keluarganya cukup sukses, putra-putrinya punya kedudukan bahkan beberapa cucunya juga telah sukses. Namun saya tidak bertanya saya diam mendengarkan.
“Romo, kami merasa sudah mendidik anak-anak kami dengan baik, membekali mereka dengan pedidikan dan ilmu yang menurut kami amat baik. Tetapi kenapa di ujung usia kami, kami melihat kegagalan dalam pendidikan kami untuk anak-anak.
Saya tidak tahu bagaimana awal mulanya, karena selama ini kami merasa anak-anak kami sudah mapan, hidup keluarganya baik, anak-anak mereka juga baik.
Beberapa hari lalu kami baru tahu dan mendengar langsung dari mereka bahwa hidup keluarga mereka sudah berantakan. Mereka ternyata sudah hidup masing-masing meski kelihatannya satu rumah.
Kami, saya dan ibunya anak-anak, beberapa hari ini sulit tidur, kami “metani” (meneliti) dimana salah kami sehingga dua anak kami hidup keluarganya berantakan. Mekaten romo, uneg-uneg kami. (demikian romo uneg-uneg kami).” Bapak itu mengakhiri ceritanya.
Saya bingung mau bicara apa, karena menurut saya beliau-beliau ini sudah amat matang dan tidak membutuhkan nasehat saya.
Mengingat pengalaman perjumpaan dengan bapak ibu sepuh ini, menurut hemat saya seperti keluhan Allah terhadap umat Israel sebagaimana diwartakan Nabi Yeremia.
Allah telah menempatkan gembala-gembala terbaik untuk menuntun umat Israel tetapi mereka tetap mencari jalannya sendiri. Apakah Allah gagal? Apakah para gembala yang dipilih Allah gagal?
Kegagalan bukan dari pihak Allah pun pula bukan dari pihak para gembala, akan tetapi kegagalan ada pada umat Israel dalam menggunakan kebebasannya.
Bagaimana aku menggunakan kebebasanku? Akankah dengan kebebasanku aku telah memilih sarana-sarana terbaik untuk keselamatan jiwaku?
*Untuk me