Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
- Bacaan I: Yes. 49: 1-6
- Bacaan II: Kis. 13: 22-26
- Injil: Luk. 1: 57-66.80
BEBERAPA waktu lalu, beredar berita tentang suster dari suatu tarekat yang mengucapkan kaul pertama. Beritanya bukan berapa jumlah suster yang mengucapkan kaul, tetapi tentang salah satu suster yang mengucapkan kaul.
Diberitakan suster itu hebat dan luar biasa karena sudah bekerja mapan, lulusan sekolah di Perancis dan sekarang mengucapkan kaul.
Banyak orang mengamini berita itu dan banyak orang kemudian dibuat kagum dengan suster yang diberitakan itu.
Tanpa bermaksud mengecilkan kehebatan suster yang diberitakan dan tujuan mulia di balik penulisan berita itu; membaca berita itu, saya termenung dan bertanya dalam hati bukankah ada 6 atau 7 suster yang mengucapkan kaul pada saat yang sama?
Apakah enam atau tujuh yang lain tidak hebat?
Apakah kalau perempuan dari desa putri seorang petani sederhana “hanya” lulusan SMA di kampung sana kemudian mengucapkan kaul jadi hal yang lumrah sehingga tidak hebat?
Pertanyaan yang masih tertinggal dalam diriku: “Apa sih hebatnya?”
Mencoba mencari jawab atas pertanyaan ini, saya teringat apa yang dikatakan Pater Markus Wanandi SJ, saat memberi pesan ketika saya memutuskan untuk masuk seminari lagi.
Beliau mengatakan:
“Wan, you jangan merasa lebih hebat kalau menjadi imam, dibanding hidupmu sekarang ini sebagai awam. Artinya apakah you tetap sebagai awam atau nanti menjadi imam itu sama hebatnya.
Kehebatannya bukan sebagai apa you hidup, tetapi terletak pada, pertama, kemampuan mendengaran panggilan itu, jujur dengan panggilan itu dan menghidupi panggilan itu sepenuh hati. Jangan pernah setengah-setengah. Oleh karena itu yang kedua adalah kerelaan untuk memperjuangkan panggilan itu. You tahu apa yang you tinggalkan dengan pilihan ini maka perjuangkan itu semaksimal mungkin jangan pernah menyerah.
Yang terakhir yang paling penting, panggilan you yang sesungguhnya adalah untuk menjadi bukan siapa-siapa, agar Dia, yang memanggil you menjadi luar biasa karena you. Jadi kalau you menjadi hebat dan luar biasa dan menikmati itu berarti you gagal dalam panggilan.”
Dari pesan Pater Markus, saya sadar kehebatan orang yang dipanggil adalah keberanian berjuang untuk menjadi hebat dalam hidup panggilannya dan pada saat yang sama berani berjuang untuk semakin menjadi bukan siapa-siapa.
St. Yohanes Pembabtis yang kita rayakan hari ini menjadi teladan luar biasa bagi orang yang dipanggil. Dia yang hebat, yang punya banyak murid, yang terkenal dalam hidupnya memperjuangkan apa yang dikatakan kepada para muridnya: “Dia harus menjadi semakin besar dan aku harus menjadi semakin kecil.”
Godaan terbesar dalam menghidupi panggilan, terutama aku sebagai imam adalah berjuang dan berjuang untuk menjadi hebat dan terkenal dan menikmati keuntungan darinya; lupa berjuang untuk semakin menjadi bukan siapa-siapa.