Hari Minggu Biasa XVII
Bacaan I: 1Raj. 3: 5.7-12
Bacaan II: Rom. 8: 28-30
Injil: Mat. 13: 44-52
DALAM sebuah kunjungan ke sebuah panti jompo, saya melihat seorang ibu yang sedang menyuapi salah satu penghuni panti. Dilihat dari penampilannya ibu itu terlihat berbeda dibanding dengan para pengasuh di panti itu.
Dari make up dan pakaiannya, menurut saya ibu itu bukan pengasuh di panti. Akan tetapi melihat bagaimana ibu berinteraksi dengan penghuni panti, menunjukkan bahwa ibu itu bukan orang asing bagi para penghuni.
Saat ada kesempatan bertemu dengan ibu itu, saya bertanya apakah ibu pengurus panti. Ibu menjawab bahwa dirinya adalah tenaga sukarela.
Ia bekerja tiga kali dalam seminggu sebagai pengasuh. Jadi tugasnya sama dengan pengasuh yang lain. Tugas yang diembannya antara lain, memandikan, menyapu dan mengepel kamar-kamar, serta menyuapi.
Saat saya tanya mengapa mau jadi tenaga sukarela, ibu itu bercerita.
“Romo, selama ini hidup saya penuh dengan kesibukan bisnis dan kumpul-kumpul dengan teman-teman. Saya mempunyai perusahaan garmen dan beberapa butik. Saya pergi pagi dan nanti pulang sudah malam. Kebetulan anak-anak saya sudah kuliah di luar. Pokoknya hidup saya kasarnya untuk cari uang dan senang-senang.
Kurang lebih dua tahun lalu saya dan teman-teman mengadakan bakti sosial ke sini, saat itu saya ngobrol dengan salah satu oma, saya merasa terharu. Setelah pulang, pengalaman ngobrol dengan oma itu masih selalu terbayang. Dua hari berikutnya saya datang sendiri, dan ngobrol-ngobrol dengan beberapa oma ini sini. Saya merasa ada pengalaman aneh tetapi membuat saya damai. Sejak itu saya sering berkunjung ke sini. Saya merasa nyaman dan senang menemani oma-oma di sini. Lalu saya mengajukan diri untuk membantu di sini dan dikabulkan dengan syarat mau bekerja seperti pengasuh lain.
Awalnya agak aneh Mo, saya tiba-tiba harus ngepel atau membersihkan kamar mandi, yang tidak pernah saya lakukan di rumah. Tetapi anehnya saya justru menikmati dan bahagia. Jadi saya merasa beruntung boleh membantu di tempat ini, karena dengan membantu di tempat ini saya menemukan kebahagiaan dan kedamaian; dan yang paling penting saya merasa hidup saya jauh lebih bermakna. Maka sampai sekarang saya betah di sini.”
Ibu yang hidup dengan kemewahan berani sedikit meninggalkan kenyamanan dan kemewahan untuk menjadi tenaga sukarela di panti jompo karena di sana ia menemukan kedamaian, kebahagiaan dan makna dari hidupnya. Ibu ini mampu merasakan dan mengalami nilai yang lebih dari apa yang selama ini ia kerjakan.
Kerajaan Allah, dimana aku hidup dekat Tuhan, dalam kedamai, kebahagiaan dan keselamatan kekal selalu ditawarkan kepadaku.
Aku dapat memilih meninggalkan segala sesuatu dan memilih Kerajaan Allah atau aku bisa juga memilih untuk tidak peduli.
Akankah aku memilih Kerajaan Allah?