Bacaan I: ibr. 10: 11-18
Injil: Mrk. 4: 1-20
BEBERAPA waktu yang lalu beredar video di media sosial yang menampilkan sekelompok anak-anak usia sekolah dasar yang mengatakan bahwa mereka akan melawan kelompok-kelompok yang tidak sealiran dengan kelompoknya. Nampak dalam video itu anak-anak itu mengungkapkan dan menunjukkan kebencian dengan kelompok lain dan siap untuk berperang dan menumpahkan darah.
Video itu mempertontonkan sesuatu yang amat memprihatinkan dan menyedihkan. Anak-anak kecil yang belum mampu untuk berpikir jernih, belum mempunyai daya yang cukup untuk memilih dengan bijak dan belum mempunyai pengetahuan yang memadai tetapi sudah menyampaikan hal-hal yang mengerikan.
Melihat anak-anak kecil yang seperti itu memunculkan pemikiran dan bayangan betapa bahayanya nanti mereka itu bila sudah dewasa.
Hal yang amat memprihatinkan dan menyedihkan pertama-tama bukan soal apa yang dikatakan oleh anak-anak itu, tetapi lebih pada apa yang ditanamkan kepada anak-anak itu.
Dengan adanya video itu patut diduga bahwa anak-anak kecil ini telah dimanipulasi sedemikian untuk kepentingan kelompok tertentu.
Sejak usia dini dalam diri anak-anak itu sudah ditanamkan sikap intoleran dan kebencian kepada kelompok lain.
Sejak usia dini dalam diri anak-anak itu sudah ditanamkan keberanian untuk berperang dan menumpahkan darah. Sejak usia dini cakrawala bernalar dan merasa sudah dibatasi dan dipersempit.
Bukankah Allah telah menganugerahkan hati yang bersih dan murni pada diri anak-anak itu?
Bukankah Allah menanamkan cinta dalam diri anak-anak itu, sehingga mereka mempunyai hati yang mudah mencinta dan dicinta?
Tanpa bermaksud untuk menghakimi orang lain, akan tetapi apa yang dipertontonkan oleh anak-anak itu menunjukkan adanya kejahatan dalam diri orang dewasa yang telah memanipulasi tumbuh kembang anak demi kepentingan kelompok mereka.
Betapa penting kesadaran para orang tua dan orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan pendampingan anak-anak untuk menghantar anak-anak sampai pada kemampuan untuk memilih sesuai dengan tujuan mereka diciptakan.
Menanamkan hukum kasih pada hati dan akal budi mereka sebagai bekal untuk memilih.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam surat kepada jemaat di Ibrani: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka.’
Bagaimana dengan aku?
Adakah aku bisa menjadi teladan bagi anak-anak?