Renungan Harian 3 Maret 2021: Klerikalisme

0
490 views
Ilustrasi.


Bacaan I: Yer. 18: 18-20
Injil: Mat. 20: 17-28
 
ADA
beberapa umat mengeluh sulitnya mendapatkan pelayanan dari seorang imam. Umat mengeluh ada beberapa imam yang menerapkan aturan prosedur yang kaku untuk mendapatkan pelayanan.

Di paroki tertentu, untuk bisa bertemu dengan pastor parokinya, harus sesuai dengan jam tertentu yang disediakan. Di luar jam itu, pastor tidak bisa ditemui. Pun untuk bertemu dengan pastor harus membuat janji terlebih dahulu tidak bisa nyelonong begitu saja.
 
Di samping itu, untuk mendapatkan pelayanan dari pastor harus sesuai dengan prosedur, melalui Ketua Lingkungan terlebih dahulu. Kalau tidak melalui Ketua Lingkungan tidak dilayani.

Prosedur yang kaku itu bahkan diterapkan pula untuk keadaan darurat seperti pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. 

Beberapa umat merasa prihatin dengan prosedur kaku yang diterapkan.
 
Keprihatinan umat menjadi kritik bagi para imam karena umat kehilangan sosok imam sebagai gembala dan pelayan umat yang mengayomi. Banyak umat yang membandingan sosok imam zaman sekarang dengan imam pada zaman dahulu.

Pada masa lalu, imamnya sedikit. Tetapi lebih mudah dijumpai dan lebih mudah melayani. Sementara zaman sekarang, imamnya banyak; tetapi lebih sulit dijumpai dan sulit melayani.
 
Keprihatinan dan kritik umat juga menjadi kritik Sri Paus Fransiskus terhadap para imamnya: “Gereja tanpa kenabian dapat jatuh dalam perangkap ‘klerikalisme’.”

Klerikalisme secara sederhana berarti sikap-sikap menyalahgunakan kekuasaan (martabat), karena statusnya sebagai klerus (tertahbis).

Menurut Sri Paus dengan adanya klerikalisme di antara para imam, maka wajah belas kasih Gereja yang mencerminkan wajah belas kasih Allah ditutupi
wajah birokrasi.

Imam terjebak dari gembala menjadi administrator, dari pelayan menjadi pengawas.
 
Kiranya sabda Tuhan sejauh diwartakan dalam injil Matius juga merupakan kritik pada klerikalisme dan sekaligus menegaskan sikap yang benar bagi  seorang imam sebagai gembala dan pemimpin.

“Sama seperti Anak Manusia: Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
 
Bagaimana dengan aku?

Tanpa bermaksud membela diri, imam yang jatuh pada klerikalisme sering kali karena sikap umat yang terlalu berlebihan menempatkan imamnya.

Bukan menempatkan imamnya sebagai rekan sepeziarahan, tetapi sebagai manusia setengah dewa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here